Kisah sejarah Nabi Ayub as, Sejarah para Nabi
Jumat, 14 April 2017
Tambah Komentar
Ayub bin 'Ish bin Ishaq, saudara Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim adalah nama seorang nabi yang tertulis dalam beberapa kitab suci samawi. Al-Quran menyebut nama itu 4 kali, yaitu dalam Surat An-Nisa, Al-An'am, Al-Anbiya dan Shaad, di antaranya ia disebut bersama-sama dengan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s..
Hal ini menunjukkan bahwa seperti halnya kedua nabi tersebut, Ayub adalah seorang yang berpengaruh dan kaya raya, mempunyai tanah yang sangat luas, unta, keledai, sapi, dan kambing. Beliau selalu berbuat kebajikan kepada keluarganya, tetangganya, teman, fakir miskin, dan banyak menolong anak yatim piatu.
Beliau tidak pernah melupakan ibadahnya kepada Allah dan mengetahui segala hak milik Allah dan pemberian dari Allah SWT. Oleh karena itu, beliau tidak melupakan syukur kepada-Nya.
Pada suatu hari Iblis tidak rela melihat hamba Allah yang begitu taat kepada Allah SWT., kaya harta dan anak, juga sangat sabar, maka Iblis mengadakan bermacam-macam percobaan, tetapi tidak dapat mengalahkan Nabi Ayub.
Iblis tetap saja menggunakan taktiknya, tetapi sia-sia belaka. Maka pada suatu hari Allah SWT. ingin menunjukkan kesabaran hambanya (Ayub) kepada Iblis yang menjadi musuh hamba Allah SWT. sebab Iblis memang selalu menggoda ketentraman manusia.
Hal ini menunjukkan bahwa seperti halnya kedua nabi tersebut, Ayub adalah seorang yang berpengaruh dan kaya raya, mempunyai tanah yang sangat luas, unta, keledai, sapi, dan kambing. Beliau selalu berbuat kebajikan kepada keluarganya, tetangganya, teman, fakir miskin, dan banyak menolong anak yatim piatu.
Beliau tidak pernah melupakan ibadahnya kepada Allah dan mengetahui segala hak milik Allah dan pemberian dari Allah SWT. Oleh karena itu, beliau tidak melupakan syukur kepada-Nya.
Pada suatu hari Iblis tidak rela melihat hamba Allah yang begitu taat kepada Allah SWT., kaya harta dan anak, juga sangat sabar, maka Iblis mengadakan bermacam-macam percobaan, tetapi tidak dapat mengalahkan Nabi Ayub.
Iblis tetap saja menggunakan taktiknya, tetapi sia-sia belaka. Maka pada suatu hari Allah SWT. ingin menunjukkan kesabaran hambanya (Ayub) kepada Iblis yang menjadi musuh hamba Allah SWT. sebab Iblis memang selalu menggoda ketentraman manusia.
Ujian dan Tantangan Nabi Ayub a.s.
Suatu ketika Nabi Ayub a.s. mendapatkan ujian (cobaan) dari Allah SWT. berupa berkurangnya harta benda yang dimilikinya, sehingga ia yang dulunya kaya-raya, lalu jatuh miskin seketika, semua binatang peliharaannya mati dan tanahnya yang luas tiba-tiba tandus dan tidak bisa ditanami lagi.
Hal demikian, tidak mengurangi kepatuhannya kepada Allah SWT. karena beliau telah beriman dan mempercayai segala pemberian dari Allah SWT. Beliau berkeyakinan, segala sesuatu yang dimilikinya adakah kepunyaan Allah SWT. dan jika Allah SWT. akan mengambilnya kembali, tidak ada alasan bagi dirinya untuk menolaknya.
Oleh karena itu, Nabi Ayub a.s. dengan penuh kepasrahan, ketabahan, kesabaran, dan kepatuhan menerima apa yang menimpa dirinya dan menyerahkannya kepada Allah SWT. pemberi anugrah.
Selanjutnya Nabi Ayub a.s. mendapatkan cobaan lagi, yaitu semua anak-anaknya meninggal dunia, baik yang laki-laki maupun yang perempuan. Ujian kematian keluarga dirasakan berat oleh setiap manusia. Namun ia tetap tabah. Hal ini dianggapnya biasa saja.
Karena yang memberi dan mengambil tiada lain hanyalah Allah SWT. Maka dari itu, beliau merasa rela dan sabar. Demikianlah seharusnya watak dari orang yang beriman dan tawakal kepada Allah SWT., bahkan merelakan diri pribadinya yang merupakan hak Allah, sehingga kalau dipanggil sewaktu-waktu, maka ia akan kembali kepada Allah.
Demikian hal nya hidup dan mati manusia di dunia ini tidak lain hanya semata berada dalam kekuasaan Allah SWT.
Firman Allah SWT:
Oleh karena itu, Nabi Ayub a.s. dengan penuh kepasrahan, ketabahan, kesabaran, dan kepatuhan menerima apa yang menimpa dirinya dan menyerahkannya kepada Allah SWT. pemberi anugrah.
Selanjutnya Nabi Ayub a.s. mendapatkan cobaan lagi, yaitu semua anak-anaknya meninggal dunia, baik yang laki-laki maupun yang perempuan. Ujian kematian keluarga dirasakan berat oleh setiap manusia. Namun ia tetap tabah. Hal ini dianggapnya biasa saja.
Karena yang memberi dan mengambil tiada lain hanyalah Allah SWT. Maka dari itu, beliau merasa rela dan sabar. Demikianlah seharusnya watak dari orang yang beriman dan tawakal kepada Allah SWT., bahkan merelakan diri pribadinya yang merupakan hak Allah, sehingga kalau dipanggil sewaktu-waktu, maka ia akan kembali kepada Allah.
Demikian hal nya hidup dan mati manusia di dunia ini tidak lain hanya semata berada dalam kekuasaan Allah SWT.
Firman Allah SWT:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Artinya:
"Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "innaalillaahi wa inna ilaihi raaji'un." (Q.S. Al-Baqarah: 155-156)
Demikianlah Nabi Ayub, beliau lulus dari ujian Allah SWT., sehingga beliau mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. atas kesabarannya itu.
Nabi Ayub Menderita Sakit
Sesudah Nabi Ayub a.s. diuji dengan kemiskinan dan kematian anak-anaknya, beliau mendapatkan ujian lagi yang paling berat, yaitu menderita sakit selama kurang lebih tujuh tahun. Meskipun dirasakan sakitnya sangat berat, namun beliau tidak pernah mengeluh atas penderitaan itu. Semua amal ibadahnya yang bisa dilaksanakan tetap dikerjakan sekuat tenaganya.
Istrinya yaitu Rahmah, selalu setia berada di sisinya. Ia begitu setia, taat dan beriman kepada Allah SWT. sehingga setan tidak senang melihatnya. Ia mencoba menggoda wanita itu agar tidak mau menunggu suaminya. Lama kelamaan istrinya tergoda dan ia mula merasa enggan bila disuruh oleh suaminya Ayub a.s.
Rupanya Ayub mengetahui perilaku istrinya yang mulai mengabaikan tugasnya dalam suaminya, maka Ayub marah, seraya berkata, "Jika aku sembuh niscaya engkau aku pukul 100 kali." Nabi Ayub a.s. berdoa kepada Allah SWT. agar penyakit itu lekas sembuh.
Firman Allah SWT.:
وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ
Artinya:
"Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru tuhannya, "sesungguhnya aku dianggap setan dengan kepayahan dan siksaan." (Q.S. Shad: 41)
Nabi Ayub berkata demikian, karena setanlah yang meminta kepada Allah agar beliau diberi cobaan yang berat. Menurut pandangan setan, Ayub hidup dalam kesenangan, harta banyak, anak anaknya cantik-cantik dan sehat-sehat, sehingga tidak kekurangan sesuatu apapun.
Jika sekiranya Ayub telah menderita, tentulah ia akan durhaka kepada Allah. Maka Tuhan memperlihatkan keimanan Ayub, dan beliau justru bertambah selalu kepada Allah. Maka akhirnya Nabi Ayub berdoa kepada Allah dan doanya dikabulkan oleh Allah sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur'an:
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ . فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ ۖ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَىٰ لِلْعَابِدِينَ
Artinya:
"Dan ingatlah kisah Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya, "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya, dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (Q.S. Al-Anbiya: 83-84)
Demikianlah cerita kisah Nabi Ayub. Penyakitnya menjadi sembuh, kulitnya menjadi putih kembali hanya dengan berobat air tawar saja, karena izin dari Allah. Kalau belum mendapatkan izin dari Tuhan, penyakit itu tidak dapat sembuh sekalipun dirawat oleh dokter yang ahli penyakit.
Wallohua'lam Bisshowab
Wallohua'lam Bisshowab
Belum ada Komentar untuk "Kisah sejarah Nabi Ayub as, Sejarah para Nabi"
Posting Komentar