Sejarah Tanah Jawa dan keangkeran Tanah Jawa
Senin, 10 April 2017
Tambah Komentar
Sejarah awal Pulau Jawa seolah terbungkus oleh misteri, karena sama sekali tidak diketahui keberadaannya oleh dunia sampai pulau ini dikunjungi oleh peziarah dari China, Fa Hien pada tahun 412 Masehi.
Berdasarkan buku Sejarah Gaib Tanah Jawa, karangan CW Leadbeater, Cetakan 1 Maret 2015, disebutkan, pada 2.000 tahun sebelum masehi (SM), Pulau Jawa sudah menjadi koloni bangsa Atlantis, tapi saat Atlantis hancur Jawa menjadi negeri terpisah.
Nah, disaat masih dikuasai oleh bangsa Atlantis inilah ajaran gaib hitam dan sesat mulai diajarkan kepada penduduk yang tinggal di Pulau Jawa ini.
Sehingga pengaruh aliran sesat itu kemudian semakin kuat dan merusak tatanan kehidupan yang ada saat itu.
Mereka memuja dewa yang kejam yang selalu meminta persembahan manusia dan hidup di bawah bayang-bayang tirani tanpa kesempatan untuk melepaskan diri.
Pada zaman itu, mereka diperintah oleh raja yang merangkap Imam Agung dari aliran hitam itu. Di antara raja ini ada seorang yang sungguh fanatik dalam kepercayaan aliran hitam itu.
Sang raja memiliki keyakinan bahwa hanya dengan menjalankan praktik kepercayaan yang mengorbankan darah setiap hari, wilayahnya dapat diselamatkan dari kehancuran.
Hal ini didasari keyakinan bahwa, dewa-dewa ganas dan haus darahlah yang memegang kendali atas Pulau Jawa pada saat itu.
Para dewa telah membuktikan kekuatan dahsyatnya dengan letusan gunung berapi berulang-ulang dan bencana-bencana alam lainnya.
Raja tersebut lalu memutuskan untuk melakukan sebuah pemagaran gaib demi untuk tetap menjaga dan memelihara perlindungan atas Pulau Jawa. Salah satu caranya dengan praktik ilmu gaib dari para ahli sihir.
Hal ini dilakukan agar kelak semua sesembahan darah kepada dewa-dewa haus darah yang bercokol di seluruh Jawa tetap dilanjutkan di sepanjang abad-abad yang akan datang.
Demi terwujudnya maksud itu, dia kemudian menciptakan mantera yang sangat kuat di atas Pulau Jawa agar aliran hitam yang dianutnya tersebut tak akan lenyap selamanya.
Efek dari hal itu, masih dapat dilihat baik secara etheris maupun astral dalam bentuk awan gelap yang besar melayang-layang di atas Pulau Jawa.
Awan hitam ini, anehnya kelihatan seolah-olah seperti tertambat pada titik-titik tertentu, sehingga tidak lantas terbawa oleh angin dan tetap tinggal pada tempatnya.
Berdasarkan buku Sejarah Gaib Tanah Jawa, karangan CW Leadbeater, Cetakan 1 Maret 2015, disebutkan, pada 2.000 tahun sebelum masehi (SM), Pulau Jawa sudah menjadi koloni bangsa Atlantis, tapi saat Atlantis hancur Jawa menjadi negeri terpisah.
Nah, disaat masih dikuasai oleh bangsa Atlantis inilah ajaran gaib hitam dan sesat mulai diajarkan kepada penduduk yang tinggal di Pulau Jawa ini.
Sehingga pengaruh aliran sesat itu kemudian semakin kuat dan merusak tatanan kehidupan yang ada saat itu.
Mereka memuja dewa yang kejam yang selalu meminta persembahan manusia dan hidup di bawah bayang-bayang tirani tanpa kesempatan untuk melepaskan diri.
Pada zaman itu, mereka diperintah oleh raja yang merangkap Imam Agung dari aliran hitam itu. Di antara raja ini ada seorang yang sungguh fanatik dalam kepercayaan aliran hitam itu.
Sang raja memiliki keyakinan bahwa hanya dengan menjalankan praktik kepercayaan yang mengorbankan darah setiap hari, wilayahnya dapat diselamatkan dari kehancuran.
Hal ini didasari keyakinan bahwa, dewa-dewa ganas dan haus darahlah yang memegang kendali atas Pulau Jawa pada saat itu.
Para dewa telah membuktikan kekuatan dahsyatnya dengan letusan gunung berapi berulang-ulang dan bencana-bencana alam lainnya.
Raja tersebut lalu memutuskan untuk melakukan sebuah pemagaran gaib demi untuk tetap menjaga dan memelihara perlindungan atas Pulau Jawa. Salah satu caranya dengan praktik ilmu gaib dari para ahli sihir.
Hal ini dilakukan agar kelak semua sesembahan darah kepada dewa-dewa haus darah yang bercokol di seluruh Jawa tetap dilanjutkan di sepanjang abad-abad yang akan datang.
Demi terwujudnya maksud itu, dia kemudian menciptakan mantera yang sangat kuat di atas Pulau Jawa agar aliran hitam yang dianutnya tersebut tak akan lenyap selamanya.
Efek dari hal itu, masih dapat dilihat baik secara etheris maupun astral dalam bentuk awan gelap yang besar melayang-layang di atas Pulau Jawa.
Awan hitam ini, anehnya kelihatan seolah-olah seperti tertambat pada titik-titik tertentu, sehingga tidak lantas terbawa oleh angin dan tetap tinggal pada tempatnya.
Belum ada Komentar untuk "Sejarah Tanah Jawa dan keangkeran Tanah Jawa"
Posting Komentar