Sejarah Mukjizat Nabi Luth as terhadap Kaum Lūth
Jumat, 12 Mei 2017
Tambah Komentar
Nabi Lūth adalah salah satu nabi yang diutus untuk negeri Sadum dan Gomorrah.Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1900 SM. Ia ditugaskan berdakwah kepada Kaum yang hidup di negeri Sadum, Syam, Palestina. Namanya disebutkan sebanyak 27 kali dalam Al-Quran. Ia meninggal di Desa Shafrah di Syam, Palestina.
Kisah Nabi Luth AS dalam. Al-Qur'an terdapat dalam QS :
-QS."Al-Anbiyaa" ayat 74 dan 75
-QS."Asy-Syu'ara" ayat 160 sampai ayat 175,
-QS."Hud" ayat 77 sampai ayat 83
-QS."Al-Qamar" ayat 33 sampai 39
-QS."At-Tahrim" ayat 10.
Nabi Luth AS adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim AS. Ayahnya yang bernama Hasan bin Tareh adalah saudara sekandung dari Nabi Ibrahim AS. Ia beriman kepada bapa saudaranya Nabi Ibrahim AS mendampinginya dalam semua perjalanan dan sewaktu mereka berada di Mesir berusaha bersama dalam bidang peternakan yang berhasil dengan baik, binatang ternaknya berkembang biak sehingga dalam waktu yang singkat jumlah yang sudah berlipat ganda itu tidak dapat ditampung dalam tempat yang disediakan. Akhirnya harta Ibrahim-Luth dipecah dan binatang ternak serta harta milik perusahaan mereka dibagi dan berpisahlah Luth dengan Ibrahim. Luth pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama Sadum.
Baca juga Mukjizat Nabi Soleh
Masyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah tingkat moralnya, rusak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran merajalela dalam pergaulan hidup mereka. Pencurian dan perampasan harta merupakan kejadian sehari-hari dimana yang kuat menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup mereka adalah perbuatan menyukai sesama lelaki atau homoseks dikalangan lelakinya dan lesbian dikalangan wanitanya. Kedua jenis kemungkaran ini begitu merajalela didalam masyarakat sehingga merupakan suatu kebudayaan bagi Sadum.
Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari gangguan mereka. Jika ia membawa barang-barang yang berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jia ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi, jika pendatang itu seorang lelaki bermuka tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi rebutan diantara mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula.
Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa keruntuhan moralnya dan sedemikian parah penyakit sosialnya, diutuslah Nabi Luth sebagai pesuruh dan Rasul-Nya untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan, kejahilan, dan kesesatan serta membawa mereka alam yang bersih, bermoral dan berakhlak mulia. Nabi Luth AS mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah Ta'ala meninggalkan kebiasaan mungkar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan yang diilhamkan oleh iblis dan syaitan. Ia memberi penerang kepada mereka bahwa Allah telah menciptakan mereka dan alam sekitar mereka tidak meridhai amal perbuatan mereka yang mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bahwa Allah akan memberi ganjaran setimpal dengan amal kebajikan mereka. Orang yang berbuat baik dan beramal soleh akan diganjar dengan surga diakhirat, sedang yang melakukan perbuatan munkar akan dibalaskannya dengan memasukkannya kedalam neraka Jahanam.
Nabi Luth AS berseru kepada mereka agar meninggalkan adat kebiasaan yaitu melakukan perbuatan homoseks dan lesbian karena perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati nurani manusia serta menyalahi hikmah yang terkandung didalam penciptaan manusia menjadi dua jenis, yaitu lelaki dan wanita. Juga kepada mereka diberi nasihat dan dianjurkan supaya menghormati hak dan kepemilikan masing-masing dengan meninggalkan perbuatan perampasan, perompakan serta pencurian yang selalu mereka lakukan diantara sesama mereka dan terutama kepada pengunjung yang datang ke Sadum. Diterangkan bahwa perbuatan-perbuatan itu akan merugikan mereka sendiri, karena akan menimbulkan kekacauan dan ketidakamanan didalam negeri sehingga masing-masing dari mereka tidak merasa ama dan tenteram dalam hidupnya.
Nabi Luth AS melaksanakan dakwahnya sesuai dengan tugas risalahnya. Ia tidak henti-henti menggunakan setiap kesempatan dan dalam tiap pertemuan dengan kaumnya secara berkelompok atau secara berseorangan mengajak agar mereka beriman dan percaya kepada Allah Ta'ala, menyembah-Nya, melakukan amal soleh dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar. Akan tetapi, keruntuhan moral dan kerurakan akhlak sudah berakar didalam pergaulan hidup mereka dan pengaruh hawa nafsu dan penyesatan syaitan sudah begitu kuat menguasai tindak-tanduk mereka, maka dakwah dan ajakan Nabi Luth AS yang dilaksanakan dengan kesabaran dan ketekunan tidak mendapat tanah yang subur didalam hati dan pikiran mereka dan berlalu laksana suasana teriakan ditengah-tengah padang pasir. Telinga-telinga mereka sudah menjadi pekak bagi ajaran-ajaran Nabi Luth AS sedang hati dan pikiran mereka sudah tersumbat rapat dengan ajaran-ajaran syaitan dan iblis
Akhirnya kaum Luth merasa dan kesal hati mendengar dakwah dan nasihat-nasihat Nabi Luth yang tidak putus-putus itu dan minta agar ia menghentikan aksi dakwahnya atau menghadapi pengusir dirinya dari sadum bersama semua keluarganya. Dari pihak Nabi Luth pun sudah tidak ada harapan lagi masyarakat Sadum dapat terangkat dari lembah kesesatan dan keruntukan moral mereka dan bahwa meneruskan dakwah kepada mereka yang sudah buta-tuli hati dan pikiran serta memsia-siakan masa.
Nabi Luth AS berdoa dan dikabulkan doanya oleh Allah Ta'ala. Dikirimkanlah kepada tiga orang malaikat menyamar sebagai manusia biasa. Mereka adalah malaikat yang bertamu kepada Nabi Ibrahim dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq, dan memberitahu kepada mereka bahwa dia adalah utusan Allah dengan tugas menurunkan azab kepada kaum Luth penduduk kota Sadum. Dalam kesempatan pertemuan mana Nabi Ibrahim telah memohon agar penurunan azab keatas kaum Sadum ditunda, kalau-kalau mereka kembali sadar mendengarkan dan mengikuti ajakan Luth serta bertaubat dari segala maksiat dan perbuatan munkar. Juga dalam pertemuan itu Nabi Ibrahim mohon agar anak saudaranya, Luth diselamatkan dari azab yang akan diturunkan ke atas kaum Sadum permintaan mana oleh para malaikat itu diterima dan dijamin bahwa Luth dan keluarganya tidak akan terkena azab.
Para malaikat atau lelaki remaja itu bertanya kepada si gadis agar mereka diterima bertamu ke rumah mereka. Si gadis tidak berani memberi keputusan sebelum ia berunding terlebih dahulu dengan keluarganya. Kemudian, ditinggalkanlah para lelaki remaja itu oleh si gadis seraya ia pulang ke rumah cepat-cepat untuk memberitahu Nabi Luth, ayahnya. Akhirnya, Nabi Luth bahwa ia akan menerima mereka rebagai tamu di rumahnya apapun yang akan terjadi sebagai akibat keputusannya ia pasrahkan kepada Allah yang akan melindunginya. Lalu pergilah ia sendiri menjemput tamu-tamu yang sedang menanti dipinggir kota dan diajaklah mereka bersama-sama ke rumah pada saat kota Sadum sudah diliputi kegelapan dan manusianya sudah nyenyak tidur di rumah masing-masing.
Nabi Luth AS berpesan kepada isterinya dan kedua puterinya agar merahasiakan kedatangan tamu-tamunya. Nabi berpesan agar jangan sampai terdengar dan diketahui oleh kaumnya. Akan tetapi, isteri Nabi Luth AS yang memang sehaluan dan sependirian dengan penduduk Sadum telah membocorkan berita kedatangan para tamu dan terdengarlah oleh pemuka-pemuka mereka bahwa Luth ada tetamu terdiri daripada remaja-remaja yang tampan parasnya dan memiliki tubuh yang sangat menarik bagi para penggemar homoseks.
Terjadilah apa yang dikhawatirkan oleh Nabi Luth AS. Begitu tersiar dari mulut ke mulut berita kedatangan tamu-tamu remaja di rumah Nabi Luth AS, berdatanganlah mereka kerumahnya untuk melihat para tamunya dan memuaskan nafsunya. Nabi Luth AS tidak membuka pintu bagi mereka dan berseru agar mereka kembali ke rumah masing-masing dan jangan mengganggu tamu-tamu yang datangnya dari jauh yang sepatutnya dihormati dan dimuliakan.
Seruan dan nasihat Nabi Luth AS tidak dihiraukan dan dipedulikan, mereka bahkan mendesak akan mendobrak pintu rumahnya dengan paksa dan kekerasan kalau pintu tidak di buka dengan sukarela. Merasa bahwa dirinya sudah tidak berdaya untuk menahan arus orang-orang penyerbu dari kaumnya itu yang akan memaksakan kehendaknya dengan kekerasan berkatalah Nabi Luth AS secara terus terang kepada para tamunya: "Sesungguhnya aku tidak berdaya lagi menahan orang-orang itu menyerbu ke dalam. Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan fisik yang dapat menolak kekerasan mereka, tidak pula mempunyai keluarga atau sanak saudara yang disegani mereka yang dapat aku mintai pertolongannya, maka aku merasa sangat kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalaukan gangguan terhadap tamu-tamuku di rumahku sendiri."
Begitu Nabi Luth AS selesai mengucapkan keluh-kesahnya para tamu segera mengenalkan diri kepadanya dan memberi identitasnya, bahwa mereka adalah malaikat-malaikat yang menyamar sebagai manusia yang bertamu kepadanya dan bahwa mereka datang ke Sadum untuk melaksanakan tugas menurunkan azab dan siksa atas rakyatnya yang membangkang dan enggan membersihkan masyarakatnya dari segala kemungkaran dan kemaksiatan yang keji dan kotor. Kepada Nabi Luth AS para malaikat untuk menyarankan agar pintu rumahnya dibuka lebar-lebar untuk memberikan kesempatan bagi orang-orang yang haus seksual itu masuk. Namun, marangnya apabila pintu dibuka dan menginjakkan kaki untuk masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mereka dan tidak dapat melihat sesuatu. Mereka mengusap-usap mata, tetapi ternyata sudah menjadi buta.
Nabi Luth AS keluar dari rumahnya sehabis tengah malam, bersama keluarganya terdiri dari seorang isteri dan dua puterinya berjalan cepat menuju keluar kota, tidak menoleh kekanan maupun kekiri sesuai dengan petunjuk para malaikat yang menjadi tamunya. Akan tetapi, ternyata isteri Nabi-lah yang menjadi musuh dalam selimut bagi Nabi Luth tidak tega meninggalkan kaumnya. Ia berada dibelakang rombongan Nabi Luth berjalan perlahan-lahan tidak secepat langkah suaminya yang tidak henti-henti menoleh kebelakang karena ingin mengetahui apa yang akan menimpa atas kaumnya, seakan-akan meragukan kebenaran ancaman para malaikat yang telah didengarnya sendiri.
Nabi Luth beserta kedua puterinya akhirnya melewati batas kota Sadum. Sewaktu fajar menyingsing, bergetarlah bumi dengan dahsyatnya didaerah sadum, tidak terkecuali isteri Nabi Luth yang munafik itu. Getaran itu berupa gempa bumi yang kuat dan hebat disertai angin yang kencang dan hujan batu yang menghancurkan kota Sadum beserta semua penghuninya.
Kisah Nabi Luth AS dalam. Al-Qur'an terdapat dalam QS :
-QS."Al-Anbiyaa" ayat 74 dan 75
-QS."Asy-Syu'ara" ayat 160 sampai ayat 175,
-QS."Hud" ayat 77 sampai ayat 83
-QS."Al-Qamar" ayat 33 sampai 39
-QS."At-Tahrim" ayat 10.
Nabi Luth AS adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim AS. Ayahnya yang bernama Hasan bin Tareh adalah saudara sekandung dari Nabi Ibrahim AS. Ia beriman kepada bapa saudaranya Nabi Ibrahim AS mendampinginya dalam semua perjalanan dan sewaktu mereka berada di Mesir berusaha bersama dalam bidang peternakan yang berhasil dengan baik, binatang ternaknya berkembang biak sehingga dalam waktu yang singkat jumlah yang sudah berlipat ganda itu tidak dapat ditampung dalam tempat yang disediakan. Akhirnya harta Ibrahim-Luth dipecah dan binatang ternak serta harta milik perusahaan mereka dibagi dan berpisahlah Luth dengan Ibrahim. Luth pindah ke Yordania dan bermukim di sebuah tempat bernama Sadum.
Baca juga Mukjizat Nabi Soleh
Masyarakat Sadum adalah masyarakat yang rendah tingkat moralnya, rusak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran merajalela dalam pergaulan hidup mereka. Pencurian dan perampasan harta merupakan kejadian sehari-hari dimana yang kuat menjadi kuasa sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas hidup mereka adalah perbuatan menyukai sesama lelaki atau homoseks dikalangan lelakinya dan lesbian dikalangan wanitanya. Kedua jenis kemungkaran ini begitu merajalela didalam masyarakat sehingga merupakan suatu kebudayaan bagi Sadum.
Seorang pendatang yang masuk ke Sadum tidak akan selamat dari gangguan mereka. Jika ia membawa barang-barang yang berharga maka dirampaslah barang-barangnya, jia ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya tidak akan selamat. Akan tetapi, jika pendatang itu seorang lelaki bermuka tampan dan berparas elok maka ia akan menjadi rebutan diantara mereka dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya dan sebaliknya jika si pendatang itu seorang perempuan muda maka ia menjadi mangsa bagi pihak wanitanya pula.
Kepada masyarakat yang sudah sedemikian rupa keruntuhan moralnya dan sedemikian parah penyakit sosialnya, diutuslah Nabi Luth sebagai pesuruh dan Rasul-Nya untuk mengangkat mereka dari lembah kenistaan, kejahilan, dan kesesatan serta membawa mereka alam yang bersih, bermoral dan berakhlak mulia. Nabi Luth AS mengajak mereka beriman dan beribadah kepada Allah Ta'ala meninggalkan kebiasaan mungkar menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan yang diilhamkan oleh iblis dan syaitan. Ia memberi penerang kepada mereka bahwa Allah telah menciptakan mereka dan alam sekitar mereka tidak meridhai amal perbuatan mereka yang mendekati sifat dan tabiat kebinatangan dan tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan bahwa Allah akan memberi ganjaran setimpal dengan amal kebajikan mereka. Orang yang berbuat baik dan beramal soleh akan diganjar dengan surga diakhirat, sedang yang melakukan perbuatan munkar akan dibalaskannya dengan memasukkannya kedalam neraka Jahanam.
Nabi Luth AS berseru kepada mereka agar meninggalkan adat kebiasaan yaitu melakukan perbuatan homoseks dan lesbian karena perbuatan itu bertentangan dengan fitrah dan hati nurani manusia serta menyalahi hikmah yang terkandung didalam penciptaan manusia menjadi dua jenis, yaitu lelaki dan wanita. Juga kepada mereka diberi nasihat dan dianjurkan supaya menghormati hak dan kepemilikan masing-masing dengan meninggalkan perbuatan perampasan, perompakan serta pencurian yang selalu mereka lakukan diantara sesama mereka dan terutama kepada pengunjung yang datang ke Sadum. Diterangkan bahwa perbuatan-perbuatan itu akan merugikan mereka sendiri, karena akan menimbulkan kekacauan dan ketidakamanan didalam negeri sehingga masing-masing dari mereka tidak merasa ama dan tenteram dalam hidupnya.
Nabi Luth AS melaksanakan dakwahnya sesuai dengan tugas risalahnya. Ia tidak henti-henti menggunakan setiap kesempatan dan dalam tiap pertemuan dengan kaumnya secara berkelompok atau secara berseorangan mengajak agar mereka beriman dan percaya kepada Allah Ta'ala, menyembah-Nya, melakukan amal soleh dan meninggalkan perbuatan maksiat dan mungkar. Akan tetapi, keruntuhan moral dan kerurakan akhlak sudah berakar didalam pergaulan hidup mereka dan pengaruh hawa nafsu dan penyesatan syaitan sudah begitu kuat menguasai tindak-tanduk mereka, maka dakwah dan ajakan Nabi Luth AS yang dilaksanakan dengan kesabaran dan ketekunan tidak mendapat tanah yang subur didalam hati dan pikiran mereka dan berlalu laksana suasana teriakan ditengah-tengah padang pasir. Telinga-telinga mereka sudah menjadi pekak bagi ajaran-ajaran Nabi Luth AS sedang hati dan pikiran mereka sudah tersumbat rapat dengan ajaran-ajaran syaitan dan iblis
Akhirnya kaum Luth merasa dan kesal hati mendengar dakwah dan nasihat-nasihat Nabi Luth yang tidak putus-putus itu dan minta agar ia menghentikan aksi dakwahnya atau menghadapi pengusir dirinya dari sadum bersama semua keluarganya. Dari pihak Nabi Luth pun sudah tidak ada harapan lagi masyarakat Sadum dapat terangkat dari lembah kesesatan dan keruntukan moral mereka dan bahwa meneruskan dakwah kepada mereka yang sudah buta-tuli hati dan pikiran serta memsia-siakan masa.
Nabi Luth AS berdoa dan dikabulkan doanya oleh Allah Ta'ala. Dikirimkanlah kepada tiga orang malaikat menyamar sebagai manusia biasa. Mereka adalah malaikat yang bertamu kepada Nabi Ibrahim dengan membawa berita gembira atas kelahiran Nabi Ishaq, dan memberitahu kepada mereka bahwa dia adalah utusan Allah dengan tugas menurunkan azab kepada kaum Luth penduduk kota Sadum. Dalam kesempatan pertemuan mana Nabi Ibrahim telah memohon agar penurunan azab keatas kaum Sadum ditunda, kalau-kalau mereka kembali sadar mendengarkan dan mengikuti ajakan Luth serta bertaubat dari segala maksiat dan perbuatan munkar. Juga dalam pertemuan itu Nabi Ibrahim mohon agar anak saudaranya, Luth diselamatkan dari azab yang akan diturunkan ke atas kaum Sadum permintaan mana oleh para malaikat itu diterima dan dijamin bahwa Luth dan keluarganya tidak akan terkena azab.
Para malaikat atau lelaki remaja itu bertanya kepada si gadis agar mereka diterima bertamu ke rumah mereka. Si gadis tidak berani memberi keputusan sebelum ia berunding terlebih dahulu dengan keluarganya. Kemudian, ditinggalkanlah para lelaki remaja itu oleh si gadis seraya ia pulang ke rumah cepat-cepat untuk memberitahu Nabi Luth, ayahnya. Akhirnya, Nabi Luth bahwa ia akan menerima mereka rebagai tamu di rumahnya apapun yang akan terjadi sebagai akibat keputusannya ia pasrahkan kepada Allah yang akan melindunginya. Lalu pergilah ia sendiri menjemput tamu-tamu yang sedang menanti dipinggir kota dan diajaklah mereka bersama-sama ke rumah pada saat kota Sadum sudah diliputi kegelapan dan manusianya sudah nyenyak tidur di rumah masing-masing.
Nabi Luth AS berpesan kepada isterinya dan kedua puterinya agar merahasiakan kedatangan tamu-tamunya. Nabi berpesan agar jangan sampai terdengar dan diketahui oleh kaumnya. Akan tetapi, isteri Nabi Luth AS yang memang sehaluan dan sependirian dengan penduduk Sadum telah membocorkan berita kedatangan para tamu dan terdengarlah oleh pemuka-pemuka mereka bahwa Luth ada tetamu terdiri daripada remaja-remaja yang tampan parasnya dan memiliki tubuh yang sangat menarik bagi para penggemar homoseks.
Terjadilah apa yang dikhawatirkan oleh Nabi Luth AS. Begitu tersiar dari mulut ke mulut berita kedatangan tamu-tamu remaja di rumah Nabi Luth AS, berdatanganlah mereka kerumahnya untuk melihat para tamunya dan memuaskan nafsunya. Nabi Luth AS tidak membuka pintu bagi mereka dan berseru agar mereka kembali ke rumah masing-masing dan jangan mengganggu tamu-tamu yang datangnya dari jauh yang sepatutnya dihormati dan dimuliakan.
Seruan dan nasihat Nabi Luth AS tidak dihiraukan dan dipedulikan, mereka bahkan mendesak akan mendobrak pintu rumahnya dengan paksa dan kekerasan kalau pintu tidak di buka dengan sukarela. Merasa bahwa dirinya sudah tidak berdaya untuk menahan arus orang-orang penyerbu dari kaumnya itu yang akan memaksakan kehendaknya dengan kekerasan berkatalah Nabi Luth AS secara terus terang kepada para tamunya: "Sesungguhnya aku tidak berdaya lagi menahan orang-orang itu menyerbu ke dalam. Aku tidak memiliki senjata dan kekuatan fisik yang dapat menolak kekerasan mereka, tidak pula mempunyai keluarga atau sanak saudara yang disegani mereka yang dapat aku mintai pertolongannya, maka aku merasa sangat kecewa, bahwa sebagai tuan rumah aku tidak dapat menghalaukan gangguan terhadap tamu-tamuku di rumahku sendiri."
Begitu Nabi Luth AS selesai mengucapkan keluh-kesahnya para tamu segera mengenalkan diri kepadanya dan memberi identitasnya, bahwa mereka adalah malaikat-malaikat yang menyamar sebagai manusia yang bertamu kepadanya dan bahwa mereka datang ke Sadum untuk melaksanakan tugas menurunkan azab dan siksa atas rakyatnya yang membangkang dan enggan membersihkan masyarakatnya dari segala kemungkaran dan kemaksiatan yang keji dan kotor. Kepada Nabi Luth AS para malaikat untuk menyarankan agar pintu rumahnya dibuka lebar-lebar untuk memberikan kesempatan bagi orang-orang yang haus seksual itu masuk. Namun, marangnya apabila pintu dibuka dan menginjakkan kaki untuk masuk, tiba-tiba gelaplah pandangan mereka dan tidak dapat melihat sesuatu. Mereka mengusap-usap mata, tetapi ternyata sudah menjadi buta.
Nabi Luth AS keluar dari rumahnya sehabis tengah malam, bersama keluarganya terdiri dari seorang isteri dan dua puterinya berjalan cepat menuju keluar kota, tidak menoleh kekanan maupun kekiri sesuai dengan petunjuk para malaikat yang menjadi tamunya. Akan tetapi, ternyata isteri Nabi-lah yang menjadi musuh dalam selimut bagi Nabi Luth tidak tega meninggalkan kaumnya. Ia berada dibelakang rombongan Nabi Luth berjalan perlahan-lahan tidak secepat langkah suaminya yang tidak henti-henti menoleh kebelakang karena ingin mengetahui apa yang akan menimpa atas kaumnya, seakan-akan meragukan kebenaran ancaman para malaikat yang telah didengarnya sendiri.
Nabi Luth beserta kedua puterinya akhirnya melewati batas kota Sadum. Sewaktu fajar menyingsing, bergetarlah bumi dengan dahsyatnya didaerah sadum, tidak terkecuali isteri Nabi Luth yang munafik itu. Getaran itu berupa gempa bumi yang kuat dan hebat disertai angin yang kencang dan hujan batu yang menghancurkan kota Sadum beserta semua penghuninya.
Wallohua'lam Bisshowab
Belum ada Komentar untuk "Sejarah Mukjizat Nabi Luth as terhadap Kaum Lūth"
Posting Komentar