Sejarah Mukjizat Nabi ISMA'IL as dan Air Zam-zam serta Perintah Qurban
Sabtu, 13 Mei 2017
Tambah Komentar
NABI ISMA'IL adalah anak dari Nabi Ibrahim Alaihissalam. Ismail adalah anak dari istri kedua Nabi Ibrahim, Siti Hajar. Ismail lahir dari rahim Hajar dimana sebelumnya istri pertama Nabi Ibrahim, Sarah mengizinkan Ibrahim untuk menikahi Hajar karena hampir sampai seratus tahun ia belum bisa memberikan Ibrahim seorang keturunan.
Sayangnya, Sarah dibutakan dengan kecemburuan yang amat besar sehingga terjadi keretakan dalam rumah tangganya dengan Ibrahim, dan meminta Ibrahim agar Siti Hajar dijauhkan dari dirinya.
Allah SWT menurunkan wahyu kepada Ibrahim supaya keinginan istri pertamanya tersebut dipenuhinya. Lalu berangkatlah Nabi Ismail as bersama Siti Hajar dan Ismail yang masih kecil ke tempat yang belum diketahui tujuannya.
Pada akhirnya Ibrahim bersama Hajar dan Ismail tiba di suatu tempat kota suci yang disebut Makkah. Di tempat itulah Nabi Ibrahim meninggalkan Siti Hajar bersama dengan Ismail dengan hanya dibekali sedikit bekal makanan dan minuman, sementara keadaan di sekitar tempat mereka berhenti masih belum ada tumbuh-tumbuhan, tidak ada air, berbatu dan pasir kering (Daerah itu yang sekarang tempat berdirinya ka’bah sebagai kiblat manusia di seluruh dunia).
Lalu, Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail hanya berdua saja ditempat yang seperti belum ada kehidupannya itu. Sementara itu ibrahim tetap turun dari dataran tinggi meningalkan Mekah menuju kembali ke Palestina, untuk menemui istri pertamanya, Siti Sarah dan anak keduanya Ishak (setelah hampir seratus tahun, dengan izin Allah, Sarah akhirnya memiliki seorang anak bernama Ishak yang kemudian juga diangkat sebagai Nabi).
Dalam perjalanan, Ibrahim hanya bisa memohon perlindungan bagi kedua orang tersayang yang telah ditinggalkannya di Mekah.
Doa Ibrahim kepada Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an sebagai berikut:
" Tuhan ku, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturuanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”
ASAL MULA AIR ZAM-ZAM
Meski hidup ditempat yang sepi dan jauh dari peradaban, Hajar tetap bertekad untuk bertahan hidup bersama putranya. Dari sinilah, asal mulanya air Zamzam diciptakan Allah SWT.
Hajar dan Ismail yang dibayang-bayangi kematian karena kehausan dan kelaparan, berlari larilah ia sebanyak 7 kali antara bukit safa dan marwah. Hampir putus asa, datanglah pertolongan Allah lewat malaikat Jibril.
Bermula dari pertanyaan Jibril dengan jawaban Hajar yang begitu teguh dengan keyakinannya terhadap sang suami Jibril dan Allah SWT, atas izin dari Allah juga, Jibril menginjakkan telapak kakinya kuat kuat di atas tanah dan segeralah keluar dari bekas telapak kaki itu air yang begitu jernih.
Dalam sekejap, air bekas injakan kaki Jibril tersebut meluap kemana-mana. Kemudian Jibri berkata: “zamzam!”, yang artinya “berkumpullah: Kemudian air itu berkumpul dan sampai sekarang air itu diberinama zam-zam. Kemudian Jibril berkata lagi: “Hai siti Hajar, janganlah engkau takut akan kehausan di sini, karena sesungguhnya Allah menjadikan air ini untuk minuman orang-orang yang ada di dunia ini. Dan air ini akan terus mengalir dan tidak akan berhenti, dan nantin Ibrahim akan kembali juga ke di sini untuk mendirikan Ka’bah”. Dan Maha besar Allah, air Zamzam hingga saat ini terus mengalir.
Kisah Nabi Ismail Disembelih Atas Perintah Allah ( Asal-usul QURBAN )
Selain cerita diatas, kisah menarik lainnya tentang Nabi Ismail adalah ketika Allah SWT menyerukan Nabi Ibrahim menyembeli anak kesayangannya.
Ketika Ibrahim akhrinya mengunjungi Hajar dan Ismail kembali ke kota Mekkah setelah lama ia tinggalkan, Ismail telah beranjak dewasa. Saat itu pula, Ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus menyembeli puteranya yakni Ismail. Mengetahui jika mimpi seorang Nabi adalah benar, Ibrahim termenung memikirkan perintah Tuhannya yang sangat berat baginya. Namun, ia sadar sebagai utusan Allah, seberat apapun ujian yang ia dapat, ia harus melaksanakan perintah Tuhannya.
Allah berfirman:
“Allah lebih mengetahui dimana dan kepada siap Dia mengamanatkan risalah-Nya”.
Lalu Nabi ibrahim as tidak membuang waktu lagi, berniat tetap akan menyembelih Nabi Ismail as puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya. Dan berangkatlah Nabi Ibrahim as menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.
Ibrahim pun lantas menceritakan mimpi yang didapatkannya. Ibrahim berkata:
“Hai anakku! Aku telah bermimpi, di dalam tidur seolah-olah saya menyembelih kamu, maka bagaimanakah pendapatmu?”
Amat beruntung Ibrahim mempunyai anak Soleh seperti Ismail. Ia menjawab:
“Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu agar ayah mengikatku kuat kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan Ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkan darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku ketika ibuku melihatnya, ketiga tajamkanlah pedangmu dan percepatlah pelaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaaan dan rasa pendihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya.”
Dengan penuh kebanggaan, Ibrahim memeluk Ismail dan berkata:
“Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah.”
Allah Maha Besar. Saat penyembelihan segera dimulai, tiba-tiba mukjizat datang dimana pedang/parang yang digunakan untuk memotong leher Ismail tiba-tiba saja tumpul. Ismail sempat mengira ayahnya tidak tega melakukan hal tersebut. Namun nyatanya, ketika diulangi parang itu tetap tumpul dan tidak berfungsi untuk memotong leher Ismail.
Dalam keadaan bingung karena gagal menyembelih anaknya, Wahyu Allah datang kepada Ibrahim:
“Dan kami panggilah dia : Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan besar.”
Sebagia ganti nyawa Ismail yang telah diselamatkan, Allah memerintahkan Ibrahim menyembelih seekor Domba yang telah tersedia disampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh Ibrahim dengan parang yang tumpul di leher puteranya tadi. Dan inilah asal permulaan sunnah ber-Qurban yang dilakukan oleh umat Islam pada setiap hari raya Idhul Adha di seluruh dunia.
Kejadian tersebut menegaskan bahwa perintah penyembelihan Ismail itu hanya suatu ujian Nabi ibrahim dan Ismail sampai sejauh mana cinta dan ketaatan mereka kepada Allah. dan Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu.
Nabi Ismail dibesarkan di Makkah (sekitar pekarangan Ka’bah). Sekitar tahun 1892 SM, ayahnya Nabi Ibrahim menerima wahyu dari Allah agar membangun Ka’bah. Hal itu disampaikan kepada anaknya. Ismail berkata:
“Kerjakanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu kepadamu dan aku akan membantumu dalam pekerjaan mulia itu.”
Ketika membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim berkata kepada Ismail:
“Bawakan batu yang baik kepadaku untuk aku letakkan di satu sudut supaya ia menjadi tanda kepada manusia.” Kemudian Jibril memberi ilham kepada Ismail supaya mencari batu hitam untuk diserahkan kepada Nabi Ibrahim. Setiap kali bangun, mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami, terimalah dari pada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Hingga pada akhirnya Nabi Ibrahim wafat di Mekkah dan dimakamkan di suatu sudut Ka’bah yang kini dikenal sebagai maqam Ibrahim.
Kisah Nabi Ismail dan Isrtinya
Nabi Ismail menikah dengan seorang wanita dari suku Jurhum. Diriwayatkan, ayah Ismail, Nabi Ibrahim tidak menyukai wanita ini. Hal ini bermula saat Nabi Ibrahim berkunjung meminta izin kepada Sarah untuk kerumah anaknya namun sang anak tidak ada dirumah dan hanya ada istrinya saja (ibunda Ismail, Siti Hajar telah meninggal).
Namun rupanya istri dari Ismail tidak mengenal Ibrahim dan tidak menerima mertuanya dengan baik saat ia datang. Tidak diterima dengan baik, lantas Ibrahim meninggallkan rumah anaknya sembari menitip pesan kepada istri dari Ismail. Ibrahim berkata:
“Jika suamimu datang nanti, katakanlah bahwa saya datang kemari, ceritakanlah ada orang tua seperti ini dan berpesan kepadanya, bahwa saya ini tidak suka kepada orang yang membuka pintu rumah ini dan meminta supaya segera dicari penggantinya.”
Setelah Ismail pulang kerumah dan mendengar cerita dari sang istri, Ismail langsung menjelasakan siapa pria tua tersebut dan bercerai dengan istrinya karena sudah tidak hormat kepada ayahnya. Terlebih dari pesan yang disampaikan, Ibrahim jelas tidak suka terhadap sikap dari istrinya.
Menikahlah kembali Ismail dengan wanita yang masih berasal dari suku Jurhum. Dari pernikahan keduanya, Nabi Ibrahim sangat menyukai menantunya yang kedua ini. Ismail diberi keturunan yang banyak dan anak-anaknya menjadi pemimpin kaum bernama Rab Musta’ribah.
Nabi Ismail meninggal pada usia 137 tahun. Tapi masih dalam perdebatan tempat ia wafat karena ada yang menyebut beliau wafat di palestina dan ada yang berpendapat Ismail wafat di Mekah.
Wallohua'lam Bisshowab
Sayangnya, Sarah dibutakan dengan kecemburuan yang amat besar sehingga terjadi keretakan dalam rumah tangganya dengan Ibrahim, dan meminta Ibrahim agar Siti Hajar dijauhkan dari dirinya.
Allah SWT menurunkan wahyu kepada Ibrahim supaya keinginan istri pertamanya tersebut dipenuhinya. Lalu berangkatlah Nabi Ismail as bersama Siti Hajar dan Ismail yang masih kecil ke tempat yang belum diketahui tujuannya.
Pada akhirnya Ibrahim bersama Hajar dan Ismail tiba di suatu tempat kota suci yang disebut Makkah. Di tempat itulah Nabi Ibrahim meninggalkan Siti Hajar bersama dengan Ismail dengan hanya dibekali sedikit bekal makanan dan minuman, sementara keadaan di sekitar tempat mereka berhenti masih belum ada tumbuh-tumbuhan, tidak ada air, berbatu dan pasir kering (Daerah itu yang sekarang tempat berdirinya ka’bah sebagai kiblat manusia di seluruh dunia).
Lalu, Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail hanya berdua saja ditempat yang seperti belum ada kehidupannya itu. Sementara itu ibrahim tetap turun dari dataran tinggi meningalkan Mekah menuju kembali ke Palestina, untuk menemui istri pertamanya, Siti Sarah dan anak keduanya Ishak (setelah hampir seratus tahun, dengan izin Allah, Sarah akhirnya memiliki seorang anak bernama Ishak yang kemudian juga diangkat sebagai Nabi).
Dalam perjalanan, Ibrahim hanya bisa memohon perlindungan bagi kedua orang tersayang yang telah ditinggalkannya di Mekah.
Doa Ibrahim kepada Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an sebagai berikut:
" Tuhan ku, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturuanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”
ASAL MULA AIR ZAM-ZAM
Meski hidup ditempat yang sepi dan jauh dari peradaban, Hajar tetap bertekad untuk bertahan hidup bersama putranya. Dari sinilah, asal mulanya air Zamzam diciptakan Allah SWT.
Hajar dan Ismail yang dibayang-bayangi kematian karena kehausan dan kelaparan, berlari larilah ia sebanyak 7 kali antara bukit safa dan marwah. Hampir putus asa, datanglah pertolongan Allah lewat malaikat Jibril.
Bermula dari pertanyaan Jibril dengan jawaban Hajar yang begitu teguh dengan keyakinannya terhadap sang suami Jibril dan Allah SWT, atas izin dari Allah juga, Jibril menginjakkan telapak kakinya kuat kuat di atas tanah dan segeralah keluar dari bekas telapak kaki itu air yang begitu jernih.
Dalam sekejap, air bekas injakan kaki Jibril tersebut meluap kemana-mana. Kemudian Jibri berkata: “zamzam!”, yang artinya “berkumpullah: Kemudian air itu berkumpul dan sampai sekarang air itu diberinama zam-zam. Kemudian Jibril berkata lagi: “Hai siti Hajar, janganlah engkau takut akan kehausan di sini, karena sesungguhnya Allah menjadikan air ini untuk minuman orang-orang yang ada di dunia ini. Dan air ini akan terus mengalir dan tidak akan berhenti, dan nantin Ibrahim akan kembali juga ke di sini untuk mendirikan Ka’bah”. Dan Maha besar Allah, air Zamzam hingga saat ini terus mengalir.
Kisah Nabi Ismail Disembelih Atas Perintah Allah ( Asal-usul QURBAN )
Selain cerita diatas, kisah menarik lainnya tentang Nabi Ismail adalah ketika Allah SWT menyerukan Nabi Ibrahim menyembeli anak kesayangannya.
Ketika Ibrahim akhrinya mengunjungi Hajar dan Ismail kembali ke kota Mekkah setelah lama ia tinggalkan, Ismail telah beranjak dewasa. Saat itu pula, Ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus menyembeli puteranya yakni Ismail. Mengetahui jika mimpi seorang Nabi adalah benar, Ibrahim termenung memikirkan perintah Tuhannya yang sangat berat baginya. Namun, ia sadar sebagai utusan Allah, seberat apapun ujian yang ia dapat, ia harus melaksanakan perintah Tuhannya.
Allah berfirman:
“Allah lebih mengetahui dimana dan kepada siap Dia mengamanatkan risalah-Nya”.
Lalu Nabi ibrahim as tidak membuang waktu lagi, berniat tetap akan menyembelih Nabi Ismail as puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya. Dan berangkatlah Nabi Ibrahim as menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.
Ibrahim pun lantas menceritakan mimpi yang didapatkannya. Ibrahim berkata:
“Hai anakku! Aku telah bermimpi, di dalam tidur seolah-olah saya menyembelih kamu, maka bagaimanakah pendapatmu?”
Amat beruntung Ibrahim mempunyai anak Soleh seperti Ismail. Ia menjawab:
“Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu agar ayah mengikatku kuat kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan Ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkan darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku ketika ibuku melihatnya, ketiga tajamkanlah pedangmu dan percepatlah pelaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaaan dan rasa pendihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya.”
Dengan penuh kebanggaan, Ibrahim memeluk Ismail dan berkata:
“Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah.”
Allah Maha Besar. Saat penyembelihan segera dimulai, tiba-tiba mukjizat datang dimana pedang/parang yang digunakan untuk memotong leher Ismail tiba-tiba saja tumpul. Ismail sempat mengira ayahnya tidak tega melakukan hal tersebut. Namun nyatanya, ketika diulangi parang itu tetap tumpul dan tidak berfungsi untuk memotong leher Ismail.
Dalam keadaan bingung karena gagal menyembelih anaknya, Wahyu Allah datang kepada Ibrahim:
“Dan kami panggilah dia : Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan besar.”
Sebagia ganti nyawa Ismail yang telah diselamatkan, Allah memerintahkan Ibrahim menyembelih seekor Domba yang telah tersedia disampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh Ibrahim dengan parang yang tumpul di leher puteranya tadi. Dan inilah asal permulaan sunnah ber-Qurban yang dilakukan oleh umat Islam pada setiap hari raya Idhul Adha di seluruh dunia.
Kejadian tersebut menegaskan bahwa perintah penyembelihan Ismail itu hanya suatu ujian Nabi ibrahim dan Ismail sampai sejauh mana cinta dan ketaatan mereka kepada Allah. dan Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu.
Nabi Ismail dibesarkan di Makkah (sekitar pekarangan Ka’bah). Sekitar tahun 1892 SM, ayahnya Nabi Ibrahim menerima wahyu dari Allah agar membangun Ka’bah. Hal itu disampaikan kepada anaknya. Ismail berkata:
“Kerjakanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu kepadamu dan aku akan membantumu dalam pekerjaan mulia itu.”
Ketika membangun Ka’bah, Nabi Ibrahim berkata kepada Ismail:
“Bawakan batu yang baik kepadaku untuk aku letakkan di satu sudut supaya ia menjadi tanda kepada manusia.” Kemudian Jibril memberi ilham kepada Ismail supaya mencari batu hitam untuk diserahkan kepada Nabi Ibrahim. Setiap kali bangun, mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami, terimalah dari pada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Hingga pada akhirnya Nabi Ibrahim wafat di Mekkah dan dimakamkan di suatu sudut Ka’bah yang kini dikenal sebagai maqam Ibrahim.
Kisah Nabi Ismail dan Isrtinya
Nabi Ismail menikah dengan seorang wanita dari suku Jurhum. Diriwayatkan, ayah Ismail, Nabi Ibrahim tidak menyukai wanita ini. Hal ini bermula saat Nabi Ibrahim berkunjung meminta izin kepada Sarah untuk kerumah anaknya namun sang anak tidak ada dirumah dan hanya ada istrinya saja (ibunda Ismail, Siti Hajar telah meninggal).
Namun rupanya istri dari Ismail tidak mengenal Ibrahim dan tidak menerima mertuanya dengan baik saat ia datang. Tidak diterima dengan baik, lantas Ibrahim meninggallkan rumah anaknya sembari menitip pesan kepada istri dari Ismail. Ibrahim berkata:
“Jika suamimu datang nanti, katakanlah bahwa saya datang kemari, ceritakanlah ada orang tua seperti ini dan berpesan kepadanya, bahwa saya ini tidak suka kepada orang yang membuka pintu rumah ini dan meminta supaya segera dicari penggantinya.”
Setelah Ismail pulang kerumah dan mendengar cerita dari sang istri, Ismail langsung menjelasakan siapa pria tua tersebut dan bercerai dengan istrinya karena sudah tidak hormat kepada ayahnya. Terlebih dari pesan yang disampaikan, Ibrahim jelas tidak suka terhadap sikap dari istrinya.
Menikahlah kembali Ismail dengan wanita yang masih berasal dari suku Jurhum. Dari pernikahan keduanya, Nabi Ibrahim sangat menyukai menantunya yang kedua ini. Ismail diberi keturunan yang banyak dan anak-anaknya menjadi pemimpin kaum bernama Rab Musta’ribah.
Nabi Ismail meninggal pada usia 137 tahun. Tapi masih dalam perdebatan tempat ia wafat karena ada yang menyebut beliau wafat di palestina dan ada yang berpendapat Ismail wafat di Mekah.
Wallohua'lam Bisshowab
Demikian cerita sejarah Nabi Ismail as dan asal usul QURBAN, semoga menambah wawasan kita.
Belum ada Komentar untuk "Sejarah Mukjizat Nabi ISMA'IL as dan Air Zam-zam serta Perintah Qurban"
Posting Komentar