Pertumbuhan janin dalam kandungan menurut Al-Quran dan Hadits
Selasa, 06 Juni 2017
Tambah Komentar
PERKEMBANGAN JANIN BERDASARKAN AL-QUR’AN DAN SAINS
Al-Mu’minun: 12-14
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن سُلَالَةٍ مِّن طِينٍ -١٢- ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ -١٣- ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَاماً فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْماً ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ -١٤–
“Dan sungguh, Kami telah Menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.Kemudian Kami Menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian, air mani itu Kami Jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami Jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami Jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami Bungkus dengan daging. Kemudian, Kami Menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik.” (al-Mu’minun: 12-14)”.
مَّكِينٍ : yang kokoh
الْعَلَقَةَ : darah beku
مُضْغَةً : sepotong daging sebesar apa yang bisa dikunyah
Tafsir ayat
“Dan sungguh, Kami telah Menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.” (al-Mu’minun:12)
Ayat ini mengisyaratkan tentang periode pertumbuhan manusia. Hal itu menunjukkan bahwa manusia melewati banyak fase yang berturut-turut. Dari tanah kemudian menjadi manusia. Tanah merupakan sumber pertama atau fase pertama. Dan, manusia merupakan fase terakhir. Ini adalah hakikat yang kita ketahui dari al-Qur’an dan kita tidak mencarinya dari teori-teori ilmiah yang membahas tentang pertumbuhan manusia atau pertumbuhan makhluk hidup.
Sesungguhnya al-Qur’an menetapkan hakikat itu agar dijadikan sebagai bahan renungan tentang ciptaan Allah dan agar dipikirkan peralihan yang panjang dari tanah menuju manusia yang berjenjang-jenjang dalam pertumbuhannya dari tanah tersebut. Al-Qur’an tidak memaparkan perincian jenjang-jenjang tersebut karena hal itu tidak penting dan tidak menjadi perhatiannya dalam mencapai tujuan-tujuan besarnya.
Teori-teori ilmiah berusaha menetapkan jenjang-jenjang tertentu dalam pertumbuhan untuk menghubungkan antara proses dari tanah hingga menuju manusia. Teori-teori itu kadangkala benar dan kadangkala salah dalam usaha tersebut, di mana al-Qur’an tidak menjelaskannya secara terperinci. Kita tidak berhak mencampurbaurkan antara hakikat silsilah itu dengan usaha-usaha ilmiah yang membahas lingkaran silsilah itu.
Perbedaan yang paling mencolok antara bahasan teori-teori ilmiah dengan bahasan yang ada dalam al-Qur’an adalah bahwa al-Qur’an menghormati manusia dan menentukan bahwa didalam diri manusia ada roh dari Allah. Roh itulah yang menyebabkan “kerangka saripati dari tanah” menjadi manusia dan memberikan karakter-karakter yang menjadikannya layak sebagai manusia dan membedakannya dari hewan. Di sinilah letak perbedaan yang sejauh-jauhnya antara teori Islam dan teori ilmiah yang bersumber dari materi. Allah-lah Zat Yang Maha Benar.
Sedangkan di kitab Tafsir al-Maraghi menjelaskan bahwa sekelompok Mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan manusia di sini yaitu Adam as., mereka mengatakan bahwa air mani lahir dari darah yang terjadi dari makanan, baik yang bersifat hewani maupun yang bersifat nabati. Makanan yang bersifat hewani akan berakhir pada makanan yang bersifat nabati, dan tumbuh-tumbuhan lahir dari saripati tanah dan air. Jadi pada hakekatnya manusia lahir dari saripati tanah, kemudian saripati itu mengalami perkembanagan hingga menjadi air mani.
Kemudian Kami Menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (al-Mukminun: 13)
Manusia telah “tumbuh dari saripati tanah” Sedangkan, perkembangbiakannya setelah itu, telah ditetapkan oleh sunatullah bahwa ia terjadi dengan cara air mani yang keluar dari tulang sulbi laki-laki, kemudian menetap dalam rahim seorang wanita. Satu tetes air mani, bahkan satu benih dari berpuluh ribu benih yang ada dalam satu tetes itu. Ia menetap dalam “tempat yang kokoh(rahim).
Al-Mu’minun: 12-14
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن سُلَالَةٍ مِّن طِينٍ -١٢- ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ -١٣- ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَاماً فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْماً ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ -١٤–
“Dan sungguh, Kami telah Menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.Kemudian Kami Menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian, air mani itu Kami Jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami Jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami Jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami Bungkus dengan daging. Kemudian, Kami Menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik.” (al-Mu’minun: 12-14)”.
مَّكِينٍ : yang kokoh
الْعَلَقَةَ : darah beku
مُضْغَةً : sepotong daging sebesar apa yang bisa dikunyah
Tafsir ayat
“Dan sungguh, Kami telah Menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.” (al-Mu’minun:12)
Ayat ini mengisyaratkan tentang periode pertumbuhan manusia. Hal itu menunjukkan bahwa manusia melewati banyak fase yang berturut-turut. Dari tanah kemudian menjadi manusia. Tanah merupakan sumber pertama atau fase pertama. Dan, manusia merupakan fase terakhir. Ini adalah hakikat yang kita ketahui dari al-Qur’an dan kita tidak mencarinya dari teori-teori ilmiah yang membahas tentang pertumbuhan manusia atau pertumbuhan makhluk hidup.
Sesungguhnya al-Qur’an menetapkan hakikat itu agar dijadikan sebagai bahan renungan tentang ciptaan Allah dan agar dipikirkan peralihan yang panjang dari tanah menuju manusia yang berjenjang-jenjang dalam pertumbuhannya dari tanah tersebut. Al-Qur’an tidak memaparkan perincian jenjang-jenjang tersebut karena hal itu tidak penting dan tidak menjadi perhatiannya dalam mencapai tujuan-tujuan besarnya.
Teori-teori ilmiah berusaha menetapkan jenjang-jenjang tertentu dalam pertumbuhan untuk menghubungkan antara proses dari tanah hingga menuju manusia. Teori-teori itu kadangkala benar dan kadangkala salah dalam usaha tersebut, di mana al-Qur’an tidak menjelaskannya secara terperinci. Kita tidak berhak mencampurbaurkan antara hakikat silsilah itu dengan usaha-usaha ilmiah yang membahas lingkaran silsilah itu.
Perbedaan yang paling mencolok antara bahasan teori-teori ilmiah dengan bahasan yang ada dalam al-Qur’an adalah bahwa al-Qur’an menghormati manusia dan menentukan bahwa didalam diri manusia ada roh dari Allah. Roh itulah yang menyebabkan “kerangka saripati dari tanah” menjadi manusia dan memberikan karakter-karakter yang menjadikannya layak sebagai manusia dan membedakannya dari hewan. Di sinilah letak perbedaan yang sejauh-jauhnya antara teori Islam dan teori ilmiah yang bersumber dari materi. Allah-lah Zat Yang Maha Benar.
Sedangkan di kitab Tafsir al-Maraghi menjelaskan bahwa sekelompok Mufassir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan manusia di sini yaitu Adam as., mereka mengatakan bahwa air mani lahir dari darah yang terjadi dari makanan, baik yang bersifat hewani maupun yang bersifat nabati. Makanan yang bersifat hewani akan berakhir pada makanan yang bersifat nabati, dan tumbuh-tumbuhan lahir dari saripati tanah dan air. Jadi pada hakekatnya manusia lahir dari saripati tanah, kemudian saripati itu mengalami perkembanagan hingga menjadi air mani.
Kemudian Kami Menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (al-Mukminun: 13)
Manusia telah “tumbuh dari saripati tanah” Sedangkan, perkembangbiakannya setelah itu, telah ditetapkan oleh sunatullah bahwa ia terjadi dengan cara air mani yang keluar dari tulang sulbi laki-laki, kemudian menetap dalam rahim seorang wanita. Satu tetes air mani, bahkan satu benih dari berpuluh ribu benih yang ada dalam satu tetes itu. Ia menetap dalam “tempat yang kokoh(rahim).
Belum ada Komentar untuk "Pertumbuhan janin dalam kandungan menurut Al-Quran dan Hadits"
Posting Komentar