Sejarah Asal Usul Dewi Arimbi dalam Kisah Mahabharata
Minggu, 27 Agustus 2017
2 Komentar
Saat dalam Pengasingan, Bima sedang menebang pohon membuka hutan, lewatlah seorang Dewi dari sebuah kerajaan, Dewi itu datang mendekat ingin melihat dengan jelas siapa yang sedang bekerja membuka hutan itu. Dewi itu ternyata seorang raksasa, ia adalah putri kerajaan Pringgandani yang sedang melintas di hutan Amarta.
Pada saat melihat Bima sedang bekerja, putri itu begitu terpesona dengan Bima dan diapun jatuh cinta padanya. Karena sadar bahwa ia adalah seorang raksasi sedangkan orang itu nampak seperti seorang satria yang gagah, Dewi itu menjadi kecil hati, namun karena begitu terpesonanya dia menghampiri Bima dan memeluk kakinya secara tiba-tiba seolah tidak ingin melepaskannya.
Bima (Bratasena) yang merasa terganggu pekerjaannya menjadi tidak suka dengan putri itu, walaupun sebagai seorang lelaki normal telah sekian lama hidup di hutan pastilah menginginkan kehadiran seorang wanita, namun karena dia raksasa dan caranya mendekatinya sangat aneh maka dia kibaskan kakinya hingga Dewi raksasi itu terjatuh.
Tidak jauh dari situ ternyata Dewi Kunti melihat segalanya. Perasaannya yang peka tahu bahwa Dewi raksasa itu menyenangi putranya. Maka dia datang menolong Dewi raksasi itu sambil berkata “Aduh kasihan sekali Dewi yang cantik ini terjatuh di hutan seperti ini.” Kemudian dilihatnya si Bratasena sambil berkata “Lihatlah anakku alangkah cantiknya Dewi ini”.
Bratasena yang tadinya melihat muka sang Dewi saja tidak mau, kini mencoba melihat wajah Dewi raksasi itu. Dan memang dilihatnya memang Dewi itu cantik juga, hanya saja tubuhnya itu besar sekali tidak seperti wanita lain. Eh tapi akan cocok dengan badanku yang juga tinggi besar ini, pikir Bima (Bratasena).
Dewi Kunti mengajak Dewi raksasi itu berjalan ke arah tempat tinggal Pandawa di Hutan Amarta. Sambil berjalan Dewi itu memperkenalkan namanya Dewi Arimbi dari negara Pringgodani. Tak lama kemudian si Bratasena ikut menyusul pulang ke rumah.
Di dapatinya Kakaknya Puntadewa (Yudistura) sedang bercakap-cakap dengan Dewi yang tadi memegangi kakinya.
Kemudian didengarnya kakaknya memanggil namanya ” Adikku Bratasena kemarilah, Putri ini berasal dari Pringgodani, namanya Dewi Arimbi. Dia ingin melanjutkan perjalanan pulang ke Pringgodani. Apakah kamu bersedia mengantarkannya?
“Apapun perintah kakak Yudistira akan aku laksanakan” demikian si Bratasena menyahut.
Tidak lama kemudian Dewi Kunti keluar dengan membawa sebungkus bekal dan memberikannya kepada Bratasena, ini anakku pergilah antarkan Dewi ini ke Pringgodani.
Singkat cerita berangkatlah Bratasena dan teman barunya ke istana kerajaan Pringgodani. Sampai di Istana menghamburlah putri raja itu ke Ayahnya dan menceritakan semua yang terjadi, dan tanpa malu ia mengatakan bahwa ia menyukai ksatria yang mengantarkannya itu. Kemudian pada saat Bratasena si ksatria itu menghadap, dia menanyakan asal-usul si Bratasena dan menanyakan juga mengapa ia tinggal di hutan.
Bratasena menceritakan semua hal tentang asal-usul nya dan kejadian sejak mereka dikhianati oleh saudara mereka Kurawa dan keluar dari sumur Jalatunda serta mendapatkan hadiah dari raja Wirata.
Ayahanda Dewi Arimbi manggut-manggut, setelah ia mengetahui asal-usulnya ia tidak keberatan apabila Putrinya akan menikah dengan si ksatria Pandawa putera Pandu Dewanata itu. Kemudian sang Raja bertanya kepada Bratasena, apakah benar ia mau memperistri anaknya?
Bratasena tertegun sejenak, kemudian dia menjawab bahwa ia bersedia. Dewi Arimbi yang mendengar dari dalam hatinya berbunga-bunga, dipeluknya ibunya yang saat itu sedang disampingnya. Ibunya mengelus-elus rambut Arimbi dengan penuh kasih.
Apabila engkau bersedia dan anakkupun juga senang dengan anda maka sebaiknya segera hal ini engkau beritahukan kepada Ibu dan saudara-saudaramu.
Maka Bratasena segera meminta diri untuk kembali pulang ke hutan Amarta, keberangkatannya diantarkan oleh Ayahanda Dewi Arimbi, Ibunya dan Dewi arimbi sendiri hingga ke depan gerbang istana.
Sementara itu di Hutan Amarta, tidak lama setelah Bratasena pergi mengantar dewi Arimbi datanglah Patih Nirbita, utusan dari Raja Wirata Prabu Matswapati, bersama dengan rombongannya, ikut pula para putera raja Raden Seta, Raden Utara dan Raden Wratsangka.
Pada saat kedatanganya Raden Seta menanyakan kepada Puntadewa kemana gerangan si Jagalbilawa Bratasena, kemudian Puntadewa menceritakan kejadian sehari kemarin. Raden Seta hanya tersenyum mendengarnya, dia sangat kagum dengan kekuatan dan kesaktian Jagalbilawa yang mampu mengalahkan Rajamala yang amat ditakuti seluruh rakyat Wirata.
Dengan hadirnya rombongan Patih Nirbita, pekerjaan membuka hutan menjadi cepat selesai, apalagi setelah itu si Bratasena juga datang dan dengan cepat terbukalah sebuah daerah yang cukup luas untuk didirikan sebuah tempat tinggal dan mungkin dapat berkembang menjadi desa, kota bahkan kerajaan.
Bratasena sejak kedatangannya memberitahukan kepada ibunya bahwa Raja kerajaan Pringgodani telah berkenan untuk mengambilnya sebagai menantu. Dewi Kunti yang mendengarnya menjadi sangat senang dan mengumumkan hal itu kepada semua orang yang ada kepada anak-anaknya Pandawa juga kepada rombongan patih Nirbita, para pangeran kerajaan Wirata, dan kepada para prajurit.
Berkatalah Patih Nirbita bahwa semua senang dengan berita itu dan berkenan untuk ikut mengantarkan Bratasena ke negeri Pringgodani untuk menghadiri pesta perkawinan sang Bratasena dengan Dewi Arimbi, apalagi pekerjaan membuka hutan juga sudah selesai.
Maka bersiaplah mereka untuk pergi dalam rombongan yang mengantar mereka ke Negeri Pringgodani. Pinten dan Tangsen senang sekali karena sudah lama mereka ingin melihat kota, setelah sekian lama mereka hidup di hutan berteman dengan binatang hutan. Dewi Kunti menangkap kegembiraan itu dan dalam hati ia berkata, Madrim … untunglah anakmu kembar dua, apabila cuma satu,
maka alangkah merananya anakmu itu.
Tidak lama kemudian berangkatlah rombongan itu ke Istana kerajaan Pringgodani. Singkat cerita mereka sampai di Istana kerajaan Pringgodani dan disambut dengan meriah oleh rakyat Pringgodani dan ternyata kerajaan juga tengah bersiap-siap mengadakan pesta untuk pernikahan putri raja mereka yaitu putri Arimbi.
Selang sehari setelah kedatangan mereka pernikahan segera dilangsungkan dan Raja mengumumkan hal itu kepada rakyatnya, dan setelah itu diadakan pesta untuk menyambutnya. Semua rakyat berduyun-duyun ingin melihat wajah si Ksatria yang menjadi suami Dewi Arimbi itu.
Setelah perkawinan, Bratasena memboyong istrinya ke Hutan Amarta tentu saja seijin ayah dan ibunya. Dewi arimbi tidak berkeberatan tinggal dihutan. Maka begitu pesta perkawinan usai pulanglah Dewi Kunti dan puteranya, Patih Nirbita dan rombongannya, serta Bratasena dan istrinya untuk kembali ke hutan.
Sesampai dihutan Amarta Patih Nirbita dan rombongannya meminta diri untuk langsung pulang ke kerajaan Wirata. Maka tingggalah Pandawa dan Ibunya serta anggota baru keluarga yaitu Dewi Arimbi di Hutan Amarta. Untuk beberapa waktu lamanya Dewi Kunti dan Putra-putranya masih hidup dalam keadaan prihatin.
Pada suatu hari tanpa di duga-duga datanglah Begawan Abyasa, Mertua dari Dewi Kunti, Kakek dari para Pandawa. Dewi Kunti menceritakan kejadian bagaimana asalnya hingga mereka tinggal dihutan, hidup sengsara dan mengembara. Dia juga mengulangi lagi kesedihan hatinya karena akibat perbuatan Kurawa yang dengki dan keterlaluan itu mereka hidup terlunta-lunta.
Maka bersabdalah Begawan Abyasa bahwa mereka tidak perlu bersedih hati karena perbuatan Kurawa. Di dunia ini menurut Begawan Abyasa tidak akan ada orang yang luput dari sengsara. Bagi manusia suka dan duka itu memang silih berganti, dan setiap orang secara adil akan mengalaminya.
KESAKTIAN DAN KETURUNAN ARIMBI
Dewi Arimbi mempunyai kesaktian; dapat beralih rupa dari wujudnya raksasa menjadi putri cantik jelita. Ia mempunyai sifat dan perwatakan; jujur, setia, berbakti dan sangat sayang terhadap putranya. Akhir kehidupannya diceritakan, gugur di medan Perang Bharatayuda membela putranya, Gatotokaca yang gugur karena panah Kunta milik Adipati Karna, raja negara Awangga.
Begitulah cerita singkat mengenai Dewi Arimbi dari kerajaan Pringgodani.
Pada saat melihat Bima sedang bekerja, putri itu begitu terpesona dengan Bima dan diapun jatuh cinta padanya. Karena sadar bahwa ia adalah seorang raksasi sedangkan orang itu nampak seperti seorang satria yang gagah, Dewi itu menjadi kecil hati, namun karena begitu terpesonanya dia menghampiri Bima dan memeluk kakinya secara tiba-tiba seolah tidak ingin melepaskannya.
Bima (Bratasena) yang merasa terganggu pekerjaannya menjadi tidak suka dengan putri itu, walaupun sebagai seorang lelaki normal telah sekian lama hidup di hutan pastilah menginginkan kehadiran seorang wanita, namun karena dia raksasa dan caranya mendekatinya sangat aneh maka dia kibaskan kakinya hingga Dewi raksasi itu terjatuh.
Tidak jauh dari situ ternyata Dewi Kunti melihat segalanya. Perasaannya yang peka tahu bahwa Dewi raksasa itu menyenangi putranya. Maka dia datang menolong Dewi raksasi itu sambil berkata “Aduh kasihan sekali Dewi yang cantik ini terjatuh di hutan seperti ini.” Kemudian dilihatnya si Bratasena sambil berkata “Lihatlah anakku alangkah cantiknya Dewi ini”.
Bratasena yang tadinya melihat muka sang Dewi saja tidak mau, kini mencoba melihat wajah Dewi raksasi itu. Dan memang dilihatnya memang Dewi itu cantik juga, hanya saja tubuhnya itu besar sekali tidak seperti wanita lain. Eh tapi akan cocok dengan badanku yang juga tinggi besar ini, pikir Bima (Bratasena).
Dewi Kunti mengajak Dewi raksasi itu berjalan ke arah tempat tinggal Pandawa di Hutan Amarta. Sambil berjalan Dewi itu memperkenalkan namanya Dewi Arimbi dari negara Pringgodani. Tak lama kemudian si Bratasena ikut menyusul pulang ke rumah.
Di dapatinya Kakaknya Puntadewa (Yudistura) sedang bercakap-cakap dengan Dewi yang tadi memegangi kakinya.
Kemudian didengarnya kakaknya memanggil namanya ” Adikku Bratasena kemarilah, Putri ini berasal dari Pringgodani, namanya Dewi Arimbi. Dia ingin melanjutkan perjalanan pulang ke Pringgodani. Apakah kamu bersedia mengantarkannya?
“Apapun perintah kakak Yudistira akan aku laksanakan” demikian si Bratasena menyahut.
Tidak lama kemudian Dewi Kunti keluar dengan membawa sebungkus bekal dan memberikannya kepada Bratasena, ini anakku pergilah antarkan Dewi ini ke Pringgodani.
Singkat cerita berangkatlah Bratasena dan teman barunya ke istana kerajaan Pringgodani. Sampai di Istana menghamburlah putri raja itu ke Ayahnya dan menceritakan semua yang terjadi, dan tanpa malu ia mengatakan bahwa ia menyukai ksatria yang mengantarkannya itu. Kemudian pada saat Bratasena si ksatria itu menghadap, dia menanyakan asal-usul si Bratasena dan menanyakan juga mengapa ia tinggal di hutan.
Bratasena menceritakan semua hal tentang asal-usul nya dan kejadian sejak mereka dikhianati oleh saudara mereka Kurawa dan keluar dari sumur Jalatunda serta mendapatkan hadiah dari raja Wirata.
Ayahanda Dewi Arimbi manggut-manggut, setelah ia mengetahui asal-usulnya ia tidak keberatan apabila Putrinya akan menikah dengan si ksatria Pandawa putera Pandu Dewanata itu. Kemudian sang Raja bertanya kepada Bratasena, apakah benar ia mau memperistri anaknya?
Bratasena tertegun sejenak, kemudian dia menjawab bahwa ia bersedia. Dewi Arimbi yang mendengar dari dalam hatinya berbunga-bunga, dipeluknya ibunya yang saat itu sedang disampingnya. Ibunya mengelus-elus rambut Arimbi dengan penuh kasih.
Apabila engkau bersedia dan anakkupun juga senang dengan anda maka sebaiknya segera hal ini engkau beritahukan kepada Ibu dan saudara-saudaramu.
Maka Bratasena segera meminta diri untuk kembali pulang ke hutan Amarta, keberangkatannya diantarkan oleh Ayahanda Dewi Arimbi, Ibunya dan Dewi arimbi sendiri hingga ke depan gerbang istana.
Sementara itu di Hutan Amarta, tidak lama setelah Bratasena pergi mengantar dewi Arimbi datanglah Patih Nirbita, utusan dari Raja Wirata Prabu Matswapati, bersama dengan rombongannya, ikut pula para putera raja Raden Seta, Raden Utara dan Raden Wratsangka.
Pada saat kedatanganya Raden Seta menanyakan kepada Puntadewa kemana gerangan si Jagalbilawa Bratasena, kemudian Puntadewa menceritakan kejadian sehari kemarin. Raden Seta hanya tersenyum mendengarnya, dia sangat kagum dengan kekuatan dan kesaktian Jagalbilawa yang mampu mengalahkan Rajamala yang amat ditakuti seluruh rakyat Wirata.
Dengan hadirnya rombongan Patih Nirbita, pekerjaan membuka hutan menjadi cepat selesai, apalagi setelah itu si Bratasena juga datang dan dengan cepat terbukalah sebuah daerah yang cukup luas untuk didirikan sebuah tempat tinggal dan mungkin dapat berkembang menjadi desa, kota bahkan kerajaan.
Bratasena sejak kedatangannya memberitahukan kepada ibunya bahwa Raja kerajaan Pringgodani telah berkenan untuk mengambilnya sebagai menantu. Dewi Kunti yang mendengarnya menjadi sangat senang dan mengumumkan hal itu kepada semua orang yang ada kepada anak-anaknya Pandawa juga kepada rombongan patih Nirbita, para pangeran kerajaan Wirata, dan kepada para prajurit.
Berkatalah Patih Nirbita bahwa semua senang dengan berita itu dan berkenan untuk ikut mengantarkan Bratasena ke negeri Pringgodani untuk menghadiri pesta perkawinan sang Bratasena dengan Dewi Arimbi, apalagi pekerjaan membuka hutan juga sudah selesai.
Maka bersiaplah mereka untuk pergi dalam rombongan yang mengantar mereka ke Negeri Pringgodani. Pinten dan Tangsen senang sekali karena sudah lama mereka ingin melihat kota, setelah sekian lama mereka hidup di hutan berteman dengan binatang hutan. Dewi Kunti menangkap kegembiraan itu dan dalam hati ia berkata, Madrim … untunglah anakmu kembar dua, apabila cuma satu,
maka alangkah merananya anakmu itu.
Tidak lama kemudian berangkatlah rombongan itu ke Istana kerajaan Pringgodani. Singkat cerita mereka sampai di Istana kerajaan Pringgodani dan disambut dengan meriah oleh rakyat Pringgodani dan ternyata kerajaan juga tengah bersiap-siap mengadakan pesta untuk pernikahan putri raja mereka yaitu putri Arimbi.
Selang sehari setelah kedatangan mereka pernikahan segera dilangsungkan dan Raja mengumumkan hal itu kepada rakyatnya, dan setelah itu diadakan pesta untuk menyambutnya. Semua rakyat berduyun-duyun ingin melihat wajah si Ksatria yang menjadi suami Dewi Arimbi itu.
Setelah perkawinan, Bratasena memboyong istrinya ke Hutan Amarta tentu saja seijin ayah dan ibunya. Dewi arimbi tidak berkeberatan tinggal dihutan. Maka begitu pesta perkawinan usai pulanglah Dewi Kunti dan puteranya, Patih Nirbita dan rombongannya, serta Bratasena dan istrinya untuk kembali ke hutan.
Sesampai dihutan Amarta Patih Nirbita dan rombongannya meminta diri untuk langsung pulang ke kerajaan Wirata. Maka tingggalah Pandawa dan Ibunya serta anggota baru keluarga yaitu Dewi Arimbi di Hutan Amarta. Untuk beberapa waktu lamanya Dewi Kunti dan Putra-putranya masih hidup dalam keadaan prihatin.
Pada suatu hari tanpa di duga-duga datanglah Begawan Abyasa, Mertua dari Dewi Kunti, Kakek dari para Pandawa. Dewi Kunti menceritakan kejadian bagaimana asalnya hingga mereka tinggal dihutan, hidup sengsara dan mengembara. Dia juga mengulangi lagi kesedihan hatinya karena akibat perbuatan Kurawa yang dengki dan keterlaluan itu mereka hidup terlunta-lunta.
Maka bersabdalah Begawan Abyasa bahwa mereka tidak perlu bersedih hati karena perbuatan Kurawa. Di dunia ini menurut Begawan Abyasa tidak akan ada orang yang luput dari sengsara. Bagi manusia suka dan duka itu memang silih berganti, dan setiap orang secara adil akan mengalaminya.
KESAKTIAN DAN KETURUNAN ARIMBI
Dewi Arimbi mempunyai kesaktian; dapat beralih rupa dari wujudnya raksasa menjadi putri cantik jelita. Ia mempunyai sifat dan perwatakan; jujur, setia, berbakti dan sangat sayang terhadap putranya. Akhir kehidupannya diceritakan, gugur di medan Perang Bharatayuda membela putranya, Gatotokaca yang gugur karena panah Kunta milik Adipati Karna, raja negara Awangga.
Begitulah cerita singkat mengenai Dewi Arimbi dari kerajaan Pringgodani.
Kehidupan hrs dijalani baik suka maupun duka
BalasHapusAku adalah BTS
Hapus