Sejarah Masuknya Tentara Jepang di Indonesia dan Tujuannya
Kamis, 29 Maret 2018
Tambah Komentar
Masuknya Tentara Jepang ke Indonesia di latar belakangi oleh meletusnya Perang Asia Pasifik diawali dengan serangan Jepang menyerang Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour (Hawai) pada tanggal 7 Desember 1941. Hal ini membuat sekutu marah besar kepada jepang dan keesok harinya, yakni tanggal 8 Desember 1941, Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda (sekutu) mengumumkan perang kepada Jepang sehingga berkobarlah Perang Asia Pasifik.
Awal kedikdayaan Jepang terhadap asia dimulai saat menyerbu Cina (1937) dan Indocina dengan taktik gerak cepat melanjutkan serangan ke sasaran berikutnya, yaitu Muangthai, Burma, Malaya, Filipina, dan Hindia Belanda (Indonesia).
Inilah salah satu sejarah jepag masuk ke Indonesia. Namun di pihak lain untuk menghadapi agresi dan ofensif militer Jepang, yang dengan cepat menguasai sebagian asia ini pihak Sekutu membentuk pasukan gabungan yang dalam komando ABDACOM (American, British, Dutch, and Australia Command, gabungan tentara Amerika Serikat, Inggris, Belanda dan Australia) di bawah pimpinan Letjen H. Ter Poorten yang juga menjabat Panglima Tentara Hindia Belanda (KNIL).
Karna jepang dalam taktik perang yang dilakukanya sangat hebat pada 1 Maret 1942, Jepang berhasil masuk dan meletakan serdadu-serdadunya di tiga titik di Jawa, yakni Teluk Banten, Eretan Wetan (Jawa Barat), serta Kranggan (Jawa Tengah).
Keadaan ini megakibatkan meningkatnya suhu politik di Indonesia kala itu. Keadaan ini memaksa Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda Van Starkenborgh Stachouwer, menyerah tanpa syarat terhadap tentara Jepang pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura dalam sebuah pertemuan di Kalijati tanggal 8 Maret 1942.
Pertemuan ini mengakhiri kekuasaan kolonial Belanda dan menempatkan Jepang sebagai penguasa baru atas Indonesia. Hak-hak kekuasaan ini memungkinkan Jepang membagi wilayah Indonesia dalam tiga komando, yaitu tentara ke-16 di pulau Jawa dan Madura yang berpusat di Batavia, tentara ke-25 di Sumatera yang berpusat di Bukit Tinggi dan armada selatan ke-2 di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua Barat yang berpusat di Makassar.
Pertemuan ini akhirnya memutus rantai kekuasaan pemerintah kolonial Belanda yang telah lama berkusa, yang berkuasa ratusan tahun di indonesia, seiring dengan belanda menyerah tanpa syarat kepada belanda, jepang sebagai penguasa baru Indonesia sesegera mungkin jepang menempatkan Pemerintah Militer Jepang sebagai penguasa baru Indonesia sementara waktu.
Di Indonesia, Jepang memperoleh kemajuan yang pesat, Masukya Jepang ke Indonesia. Di awali dengan menguasai Tarakan selanjutnya Jepang menguasai Balikpapan, Pontianak, Banjarmasin, Palembang, Batavia (Jakarta), Bogor terus ke Subang, dan terakhir Kalijati. Dalam waktu yang singkat Indonesia telah jatuh ke tangan Jepang.
Sambil menunggu kedatangan para ahli pemerintahan sipil datang ke Indonesia dari jepang, Jepang membentuk pemerintah militernya. Jepang kemudian membagi kekuasaannya menjadi tiga wilayah komando yaitu:
Pemerintahan pada wilayah masing-masing tersebut dipimpin oleh kepala staf tentara/armada dengan gelar gunseikan (kepala pemerintahan militer) dan kantornya disebut gunseikanbu. Tentara angkatan ke-16 (Angkatan Darat) pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura diberikan mandat untuk memegang kekuasaan di wilayah Jawa.
Pada umumnya Jawa dianggap sebagai daerah yang secara politik paling maju namun secara ekonomi kurang penting, sumber dayanya yang utama adalah manusia. Hal ini memang sangat dibutuhkan oleh Jepang, mengingat niat awal mereka untuk menduduki kawasan Asia Tenggara adalah membangun Kawasan Persemakmuran Bersama Asia Raya.
Pada awal kedatangannya Jepang disambut baik oleh orang-orang Jawa yang beranggapan bahwa kedatangan tentara Jepang sesuai dengan ramalan Joyoboyo. Oleh sebab itu, ketika tentara Jepang mendirikan pemerintahan militernya orang-orang Jawa menerimanya dengan sukarela.
Di samping itu, bagian propaganda (Sendenbu) Jepang telah pula melakukan aksinya dengan berbagai macam pendekatan terhadap rakyat, diantaranya; mendirikan Gerakan Tiga A dengan slogannya yang terkenal: Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Saudara Asia.
Mengangkat orang-orang pribumi dalam pemerintahan yang prinsip turun-temurunnya dihapuskan, menetapkan wilayah-wilayah voorstenlanden sebagai kochi (daerah istimewa). Tujuan utama ini mengarahkan kebijakan-kebijakan pemerintah militer untuk menghapuskan pengaruh-pengaruh barat di kalangan rakyat Jawa dan memobilisasi rakyat Jawa demi kemenangan Jepang dalam perang Asia Timur Raya.
Tujuanya agar tentara Jepang yang mendirikan pemerintah militernya dapat diterima oleh penduduk pribumi. Paahal sebenarnya tujuan utama pendudukan Jepang di Jawa adalah menyusun dan mengarahkan kembali perekonomian peninggalan pemerintah Hindia Belanda dalam rangka menopang upaya perang Jepang tehadap sekutu dan rencana-rencananya bagi ekonomi jangka panjang terhadap Asia Timur dan Tenggara.
Tujuan utama ini mengarahkan kebijakan-kebijakan pemerintah militer untuk menghapuskan pengaruh-pengaruh barat di kalangan rakyat Jawa dan memobilisasi rakyat Jawa demi kemenangan Jepang dalam perang Asia Timur Raya. Sejak membentuk pemerintahan militernya, Jepang membuat banyak sekali perubahan dalam bidang pemerintahan. Perubahan tersebut terjadi di tingkat atas maupun di tingkat bawah.
Pada tanggal 1 Agustus 1942, dikeluarkannya undang-undang perubahan tata pemerintahan di Jawa, Jepang menetapkan bahwa seluruh daerah di Jawa dibagi menjadi Syu, Si, Ken, Gun, Son, dan Ku, kecuali Surakarta dan Yogyakarta yang ditetapkan sebagai kooti (kerajaan) dan Batavia sebagai Tokubetsu Si (ibukota pemerintah militer). Pembagian pulau Jawa atas provinsi-provinsi juga dihapuskan.
Inilah sekilas tentang masuknya jepang ke Indonesia, namun yang perlu di garis bawahi adalah dat yang saya temukan ini cenderung masuknya jepang ke Indonesia yang menduduki Pulau Jawa tahun 1942-1945. Namun jepang hanya sebentar di indonesia telah membawa banyak perubahan yang sangat berarti bagi perkembangan Jawa dan Indonesia pada umumnya. Periode ini merupakan salah satu bagian dari perjalanan penting sejarah Indonesia.
Dalam Masa penjajahan jepang ini telah terjadi berbagai perubahan yang mendasar pada alam sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Masa pendudukan Jepang di Indonesia selama tiga setengah tahun tersebut sering dipandang sebagai masa yang singkat, akan tetapi akibat yang diterima oleh masyarakat indonesia sebanding dengan masa penjajahan Belanda sebelumnya dengan jangka waktu yang lebih lama.
Masa Penjajahan Jepang
Pada tanggal 13 Februari 1942 pagi hari , tentara Jepang bersiap menyerang Kota Palembang, persiapan dilaksanakan dari pangkalan militer perang Jepang di Malaysia. dengan kekuatan udara Jepang bersiap menyerang Palembang yang saat itu masih diduduki oleh Belanda.
Kekuatan Angkatan Laut Jepang juga ikut bergerak menuju Palembang. Alasan utama Jepang mengambil Palembang dari tangan Belanda adalah embargo minyak yang diberlakukan America terhadap Jepang. Tidak ada jalan lagi kecuali mengambil alih kekuasaan Belanda di Palembang, karena Palembang merupakan basis minyak bagi pemerintahan Belanda di Indonesia saat itu, bahkan minyak yang di ambil Belanda dari Palembang juga dijual ke negara-negara eropa termasuk Amerika.
Akhirnya Jepang dapat menguasai Sungai Grong dan Plaju, inilah awal cerita penderitaan warga Sumatera Selatan akan kekejaman penjajahan Jepang. Peristiwa ini memang tidak pernah di ekspos oleh media, entah mengapa mungkin karena tidak begitu penting. tapi dalam catatan sejarah Perang Asia Pasific peristiwa penyerangan terhadap Palembang ini adalah peristiwa yang sangat penting karena Rencana penyerangan langsung atas Perintah Kaisar Jepang .
Pertempuran Palembang adalah pertempuran Perang Pasifik Dunia II. Hal ini terjadi di dekat Palembang, Sumatra, pada 13-15 Februari 1942.Kerajaan Belanda kilang minyak Shell di Pladju dekat Kota Palembang (Pladjoe) adalah tujuan utama untuk Kekaisaran Jepang dalam Perang Pasifik, karena adanya embargo minyak dikenakan pada Jepang oleh Amerika Serikat, Belanda, dan Inggris. Dengan pasokan bahan bakar yang melimpah di wilayah itu dan lapangan terbang, Palembang menawarkan potensi yang signifikan sebagai basis militer untuk kedua Sekutu dan Jepang.
Kronologi Sejarah Jepang Masuk Ke Indonesia
Tanggal 8 Desember 1941 : secara tiba-tiba Jepang menyerbu ke Asia Tenggara dan membom Pearl Harbor, yaitu pangkalan terbesar Angkatan Laut Amerika di Pasifik. Lima jam setelah penyerangan atas Pearl Harbor itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh Stachhouwer menyatakan perang terhadap Jepang.
Tanggal 11 Januari 1942 : tentara Jepang mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur, dan esok harinya (12 Januari 1942) Komandan Belanda di pulau itu menyerah.
Tanggal 24 Januari 1942 : Balikpapan yang merupakan sumber minyak ke-2 jatuh ke tangan tentara Jepang
Tanggal 29 Januari 1942 : Pontianak berhasil diduduki oleh Jepang
Tanggal 3 Februari 1942 : Samarinda diduduki Jepang
Tanggal 5 Februari 1942 : sesampainya di Kotabangun, tentara Jepang melanjutkan penyerbuannya ke lapangan terbang Samarinda II yang waktu itu masih dikuasai oleh tentara Hindia Belanda (KNIL).
Tanggal 10 Februari 1942 : dengan berhasil direbutnya lapangan terbang itu, maka dengan mudah pula Banjarmasin diduduki oleh tentara Jepang
Tanggal 14 Februari 1942 : diturunkan pasukan paying di Palembang. Dua hari kemudian (16 Februari 1942) Palembang dan sekitarnya berhasil diduduki.
Dengan jatuhnya Palembang itu sebagai sumber minyak, maka terbukalah Pulau Jawa bagi tentara Jepang. Di dalam menghadapi ofensif Jepang, pernah dibentuk suatu komando gabungan oleh pihak Serikat, yakni yang disebut ABDACOM (American British Dutch Australian Command) yang markas besarnya ada di Lembang, dekat Bandung dengan panglimanya Jenderal H. Ter Poorten diangkat sebagai panglima tentara Hindia Belanda (KNIL). Pada akhir Februari 1942 Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda van Starkenborgh telah mengungsi ke Bandung disertai oleh pejabat-pejabat tinggi pemerintah. Pada masa itu Hotel Homman dan Preanger penuh dengan pejabat-pejabat tinggi Hindia Belanda.
Tanggal 1 Maret 1942: tentara ke-16 Jepang berhasil mendarat di 3 tempat sekaligus yaitu di Teluk Banten, di Eretan Wetan (Jawa Barat), dan di Kragan (Jawa Tengah).
Tanggal 1 Maret 1942: Jepang telah mendaratkan satu detasemen yang dipimpin oleh Kolonel Toshinori Shoji dengan kekuatan 5000 orang di Eretan, sebelah Barat Cirebon. Pada hari yang sama, Kolonel Shoji telah berhasil menduduki Subang. Momentum itu mereka manfaatkan dengan terus menerobos ke lapangan terbang Kalijati, 40 Km dari Bandung. Setelah pertempuran singkat, pasukan-pasukan Jepang merebut lapangan terbang tersebut.
Tanggal 2 Maret 1942 : tentara Hindia Belanda berusaha merebut Subang kembali, tetapi ternyata mereka tidak berhasil. Serangan balasan kedua atas Subang dicoba pada tanggal 3 Maret 1942 dan sekali lagi, tentara Hindia Belanda berhasil dipukul mundur.
Tanggal 4 Maret 1942 : untuk terakhir kalinya tentara Hindia Belanda mengadakan serangan dalam usaha merebut Kalijati dan mengalami kegagalan.
Tanggal 5 Maret 1942 : ibu kota Batavia (Jakarta) diumumkan sebagai ‘Kota Terbuka’ yang berarti bahwa kota itu tidak akan dipertahankan oleh pihak Belanda. Segera setelah jatuhnya kota Batavia ke tangan mereka, tentara ekspedisi Jepang langsung bergerak ke selatan dan berhasil menduduki Buitenzorg (Bogor). Pada tanggal yang sama, tentara Jepang bergerak dari Kalijati untuk menyerbu Bandung dari arah utara. Mula-mula digempurnya pertahanan di Ciater, sehingga tentara Hindia Belanda mundur ke Lembang dan menjadikan kota tersebut sebagai pertahanan terakhir. Tetapi tempat ini pun tidak berhasil dipertahankan sehingga pada tanggal 7 Maret 1942 dikuasai oleh tentara Jepang.
Tak lama sesudah berhasil didudukinya posisi tentara KNIL di Lembang, maka pada tanggal 7 Maret 1942, psukan-pasukan Belanda di sekitar Bandung meminta penyerahan lokal dari pihak Belanda ini kepada Jenderal Imamura tetapi tuntutannya adalah penyerahan total daripada semua pasukan Serikat di Jawa (dan bagian Indonesia lainnya). Jika pihak Belanda tidak mengindahkan ultimatum Jepang, maka Kota Bandung akan di bom dari udara Jenderal Imamura pun mengajukan tuntutan lainnya agar Gubernur Jenderal Belanda turut dalam perundingan di Kalijati yang diadakan selambat-lambatnya pada hari berikutnya. Jika tuntutan ini dilanggar, pemboman atas Kota Bandung dari udara akan segera dilaksanakan. Akhirnya pihak Belanda memenuhi tuntutan Jepang dan keesokan harinya, baik Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer maupun Panglima Tentara Hindia Belanda serta beebrapa pejabat tinggi militer dan seorang penerjemah pergi ke Kalijati. Di sana mereka kemudian berhadapan dengan Letnan Jenderal Imamura yang dating dari Batavia (Jakarta). Hasil pertemuan antara kedua belah pihak adalah kapitulasi tanpa syarat Angkatan Perang Hindia Belanda kepada Jepang.
Dengan penyerahan tanpa syarat oleh Letnan Jenderal H. Terpoorten, Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda atas nama Angkutan Perang Serikat di Indonesia kepada tentara ekspedisi Jepang di bawah Pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura pada tanggal 8 Maret 1942, berakhirlah peemrintahan Hindia Belanda di Indonesia dan dengan resmi mulailah kekuatan pendudukan Jepang di Indonesia.
TUJUAN JEPANG DI INDONESIA
Sumber : SukaJepang.com dan SejarahIndonesia.blogspot.com
Awal kedikdayaan Jepang terhadap asia dimulai saat menyerbu Cina (1937) dan Indocina dengan taktik gerak cepat melanjutkan serangan ke sasaran berikutnya, yaitu Muangthai, Burma, Malaya, Filipina, dan Hindia Belanda (Indonesia).
Inilah salah satu sejarah jepag masuk ke Indonesia. Namun di pihak lain untuk menghadapi agresi dan ofensif militer Jepang, yang dengan cepat menguasai sebagian asia ini pihak Sekutu membentuk pasukan gabungan yang dalam komando ABDACOM (American, British, Dutch, and Australia Command, gabungan tentara Amerika Serikat, Inggris, Belanda dan Australia) di bawah pimpinan Letjen H. Ter Poorten yang juga menjabat Panglima Tentara Hindia Belanda (KNIL).
Karna jepang dalam taktik perang yang dilakukanya sangat hebat pada 1 Maret 1942, Jepang berhasil masuk dan meletakan serdadu-serdadunya di tiga titik di Jawa, yakni Teluk Banten, Eretan Wetan (Jawa Barat), serta Kranggan (Jawa Tengah).
Keadaan ini megakibatkan meningkatnya suhu politik di Indonesia kala itu. Keadaan ini memaksa Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda Van Starkenborgh Stachouwer, menyerah tanpa syarat terhadap tentara Jepang pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura dalam sebuah pertemuan di Kalijati tanggal 8 Maret 1942.
Pertemuan ini mengakhiri kekuasaan kolonial Belanda dan menempatkan Jepang sebagai penguasa baru atas Indonesia. Hak-hak kekuasaan ini memungkinkan Jepang membagi wilayah Indonesia dalam tiga komando, yaitu tentara ke-16 di pulau Jawa dan Madura yang berpusat di Batavia, tentara ke-25 di Sumatera yang berpusat di Bukit Tinggi dan armada selatan ke-2 di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua Barat yang berpusat di Makassar.
Pertemuan ini akhirnya memutus rantai kekuasaan pemerintah kolonial Belanda yang telah lama berkusa, yang berkuasa ratusan tahun di indonesia, seiring dengan belanda menyerah tanpa syarat kepada belanda, jepang sebagai penguasa baru Indonesia sesegera mungkin jepang menempatkan Pemerintah Militer Jepang sebagai penguasa baru Indonesia sementara waktu.
Di Indonesia, Jepang memperoleh kemajuan yang pesat, Masukya Jepang ke Indonesia. Di awali dengan menguasai Tarakan selanjutnya Jepang menguasai Balikpapan, Pontianak, Banjarmasin, Palembang, Batavia (Jakarta), Bogor terus ke Subang, dan terakhir Kalijati. Dalam waktu yang singkat Indonesia telah jatuh ke tangan Jepang.
Sambil menunggu kedatangan para ahli pemerintahan sipil datang ke Indonesia dari jepang, Jepang membentuk pemerintah militernya. Jepang kemudian membagi kekuasaannya menjadi tiga wilayah komando yaitu:
- Tentara 16 (Angkatan Darat) memerintah atas wilayah Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta.
- Tentara 25 (Angkatan Darat) memerintah atas wilayah Sumatra yang berpusat di Bukittinggi.
- Armada Selatan 2 (Angkatan Laut) memerintah atas wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua berpusat di Makassar.
Pemerintahan pada wilayah masing-masing tersebut dipimpin oleh kepala staf tentara/armada dengan gelar gunseikan (kepala pemerintahan militer) dan kantornya disebut gunseikanbu. Tentara angkatan ke-16 (Angkatan Darat) pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura diberikan mandat untuk memegang kekuasaan di wilayah Jawa.
Pada umumnya Jawa dianggap sebagai daerah yang secara politik paling maju namun secara ekonomi kurang penting, sumber dayanya yang utama adalah manusia. Hal ini memang sangat dibutuhkan oleh Jepang, mengingat niat awal mereka untuk menduduki kawasan Asia Tenggara adalah membangun Kawasan Persemakmuran Bersama Asia Raya.
Pada awal kedatangannya Jepang disambut baik oleh orang-orang Jawa yang beranggapan bahwa kedatangan tentara Jepang sesuai dengan ramalan Joyoboyo. Oleh sebab itu, ketika tentara Jepang mendirikan pemerintahan militernya orang-orang Jawa menerimanya dengan sukarela.
Di samping itu, bagian propaganda (Sendenbu) Jepang telah pula melakukan aksinya dengan berbagai macam pendekatan terhadap rakyat, diantaranya; mendirikan Gerakan Tiga A dengan slogannya yang terkenal: Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Saudara Asia.
Mengangkat orang-orang pribumi dalam pemerintahan yang prinsip turun-temurunnya dihapuskan, menetapkan wilayah-wilayah voorstenlanden sebagai kochi (daerah istimewa). Tujuan utama ini mengarahkan kebijakan-kebijakan pemerintah militer untuk menghapuskan pengaruh-pengaruh barat di kalangan rakyat Jawa dan memobilisasi rakyat Jawa demi kemenangan Jepang dalam perang Asia Timur Raya.
Tujuanya agar tentara Jepang yang mendirikan pemerintah militernya dapat diterima oleh penduduk pribumi. Paahal sebenarnya tujuan utama pendudukan Jepang di Jawa adalah menyusun dan mengarahkan kembali perekonomian peninggalan pemerintah Hindia Belanda dalam rangka menopang upaya perang Jepang tehadap sekutu dan rencana-rencananya bagi ekonomi jangka panjang terhadap Asia Timur dan Tenggara.
Tujuan utama ini mengarahkan kebijakan-kebijakan pemerintah militer untuk menghapuskan pengaruh-pengaruh barat di kalangan rakyat Jawa dan memobilisasi rakyat Jawa demi kemenangan Jepang dalam perang Asia Timur Raya. Sejak membentuk pemerintahan militernya, Jepang membuat banyak sekali perubahan dalam bidang pemerintahan. Perubahan tersebut terjadi di tingkat atas maupun di tingkat bawah.
Pada tanggal 1 Agustus 1942, dikeluarkannya undang-undang perubahan tata pemerintahan di Jawa, Jepang menetapkan bahwa seluruh daerah di Jawa dibagi menjadi Syu, Si, Ken, Gun, Son, dan Ku, kecuali Surakarta dan Yogyakarta yang ditetapkan sebagai kooti (kerajaan) dan Batavia sebagai Tokubetsu Si (ibukota pemerintah militer). Pembagian pulau Jawa atas provinsi-provinsi juga dihapuskan.
Inilah sekilas tentang masuknya jepang ke Indonesia, namun yang perlu di garis bawahi adalah dat yang saya temukan ini cenderung masuknya jepang ke Indonesia yang menduduki Pulau Jawa tahun 1942-1945. Namun jepang hanya sebentar di indonesia telah membawa banyak perubahan yang sangat berarti bagi perkembangan Jawa dan Indonesia pada umumnya. Periode ini merupakan salah satu bagian dari perjalanan penting sejarah Indonesia.
Dalam Masa penjajahan jepang ini telah terjadi berbagai perubahan yang mendasar pada alam sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Masa pendudukan Jepang di Indonesia selama tiga setengah tahun tersebut sering dipandang sebagai masa yang singkat, akan tetapi akibat yang diterima oleh masyarakat indonesia sebanding dengan masa penjajahan Belanda sebelumnya dengan jangka waktu yang lebih lama.
Masa Penjajahan Jepang
Pada tanggal 13 Februari 1942 pagi hari , tentara Jepang bersiap menyerang Kota Palembang, persiapan dilaksanakan dari pangkalan militer perang Jepang di Malaysia. dengan kekuatan udara Jepang bersiap menyerang Palembang yang saat itu masih diduduki oleh Belanda.
Kekuatan Angkatan Laut Jepang juga ikut bergerak menuju Palembang. Alasan utama Jepang mengambil Palembang dari tangan Belanda adalah embargo minyak yang diberlakukan America terhadap Jepang. Tidak ada jalan lagi kecuali mengambil alih kekuasaan Belanda di Palembang, karena Palembang merupakan basis minyak bagi pemerintahan Belanda di Indonesia saat itu, bahkan minyak yang di ambil Belanda dari Palembang juga dijual ke negara-negara eropa termasuk Amerika.
Akhirnya Jepang dapat menguasai Sungai Grong dan Plaju, inilah awal cerita penderitaan warga Sumatera Selatan akan kekejaman penjajahan Jepang. Peristiwa ini memang tidak pernah di ekspos oleh media, entah mengapa mungkin karena tidak begitu penting. tapi dalam catatan sejarah Perang Asia Pasific peristiwa penyerangan terhadap Palembang ini adalah peristiwa yang sangat penting karena Rencana penyerangan langsung atas Perintah Kaisar Jepang .
Pertempuran Palembang adalah pertempuran Perang Pasifik Dunia II. Hal ini terjadi di dekat Palembang, Sumatra, pada 13-15 Februari 1942.Kerajaan Belanda kilang minyak Shell di Pladju dekat Kota Palembang (Pladjoe) adalah tujuan utama untuk Kekaisaran Jepang dalam Perang Pasifik, karena adanya embargo minyak dikenakan pada Jepang oleh Amerika Serikat, Belanda, dan Inggris. Dengan pasokan bahan bakar yang melimpah di wilayah itu dan lapangan terbang, Palembang menawarkan potensi yang signifikan sebagai basis militer untuk kedua Sekutu dan Jepang.
Kronologi Sejarah Jepang Masuk Ke Indonesia
Tanggal 8 Desember 1941 : secara tiba-tiba Jepang menyerbu ke Asia Tenggara dan membom Pearl Harbor, yaitu pangkalan terbesar Angkatan Laut Amerika di Pasifik. Lima jam setelah penyerangan atas Pearl Harbor itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Tjarda van Starkenborgh Stachhouwer menyatakan perang terhadap Jepang.
Tanggal 11 Januari 1942 : tentara Jepang mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur, dan esok harinya (12 Januari 1942) Komandan Belanda di pulau itu menyerah.
Tanggal 24 Januari 1942 : Balikpapan yang merupakan sumber minyak ke-2 jatuh ke tangan tentara Jepang
Tanggal 29 Januari 1942 : Pontianak berhasil diduduki oleh Jepang
Tanggal 3 Februari 1942 : Samarinda diduduki Jepang
Tanggal 5 Februari 1942 : sesampainya di Kotabangun, tentara Jepang melanjutkan penyerbuannya ke lapangan terbang Samarinda II yang waktu itu masih dikuasai oleh tentara Hindia Belanda (KNIL).
Tanggal 10 Februari 1942 : dengan berhasil direbutnya lapangan terbang itu, maka dengan mudah pula Banjarmasin diduduki oleh tentara Jepang
Tanggal 14 Februari 1942 : diturunkan pasukan paying di Palembang. Dua hari kemudian (16 Februari 1942) Palembang dan sekitarnya berhasil diduduki.
Dengan jatuhnya Palembang itu sebagai sumber minyak, maka terbukalah Pulau Jawa bagi tentara Jepang. Di dalam menghadapi ofensif Jepang, pernah dibentuk suatu komando gabungan oleh pihak Serikat, yakni yang disebut ABDACOM (American British Dutch Australian Command) yang markas besarnya ada di Lembang, dekat Bandung dengan panglimanya Jenderal H. Ter Poorten diangkat sebagai panglima tentara Hindia Belanda (KNIL). Pada akhir Februari 1942 Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda van Starkenborgh telah mengungsi ke Bandung disertai oleh pejabat-pejabat tinggi pemerintah. Pada masa itu Hotel Homman dan Preanger penuh dengan pejabat-pejabat tinggi Hindia Belanda.
Tanggal 1 Maret 1942: tentara ke-16 Jepang berhasil mendarat di 3 tempat sekaligus yaitu di Teluk Banten, di Eretan Wetan (Jawa Barat), dan di Kragan (Jawa Tengah).
Tanggal 1 Maret 1942: Jepang telah mendaratkan satu detasemen yang dipimpin oleh Kolonel Toshinori Shoji dengan kekuatan 5000 orang di Eretan, sebelah Barat Cirebon. Pada hari yang sama, Kolonel Shoji telah berhasil menduduki Subang. Momentum itu mereka manfaatkan dengan terus menerobos ke lapangan terbang Kalijati, 40 Km dari Bandung. Setelah pertempuran singkat, pasukan-pasukan Jepang merebut lapangan terbang tersebut.
Tanggal 2 Maret 1942 : tentara Hindia Belanda berusaha merebut Subang kembali, tetapi ternyata mereka tidak berhasil. Serangan balasan kedua atas Subang dicoba pada tanggal 3 Maret 1942 dan sekali lagi, tentara Hindia Belanda berhasil dipukul mundur.
Tanggal 4 Maret 1942 : untuk terakhir kalinya tentara Hindia Belanda mengadakan serangan dalam usaha merebut Kalijati dan mengalami kegagalan.
Tanggal 5 Maret 1942 : ibu kota Batavia (Jakarta) diumumkan sebagai ‘Kota Terbuka’ yang berarti bahwa kota itu tidak akan dipertahankan oleh pihak Belanda. Segera setelah jatuhnya kota Batavia ke tangan mereka, tentara ekspedisi Jepang langsung bergerak ke selatan dan berhasil menduduki Buitenzorg (Bogor). Pada tanggal yang sama, tentara Jepang bergerak dari Kalijati untuk menyerbu Bandung dari arah utara. Mula-mula digempurnya pertahanan di Ciater, sehingga tentara Hindia Belanda mundur ke Lembang dan menjadikan kota tersebut sebagai pertahanan terakhir. Tetapi tempat ini pun tidak berhasil dipertahankan sehingga pada tanggal 7 Maret 1942 dikuasai oleh tentara Jepang.
Tak lama sesudah berhasil didudukinya posisi tentara KNIL di Lembang, maka pada tanggal 7 Maret 1942, psukan-pasukan Belanda di sekitar Bandung meminta penyerahan lokal dari pihak Belanda ini kepada Jenderal Imamura tetapi tuntutannya adalah penyerahan total daripada semua pasukan Serikat di Jawa (dan bagian Indonesia lainnya). Jika pihak Belanda tidak mengindahkan ultimatum Jepang, maka Kota Bandung akan di bom dari udara Jenderal Imamura pun mengajukan tuntutan lainnya agar Gubernur Jenderal Belanda turut dalam perundingan di Kalijati yang diadakan selambat-lambatnya pada hari berikutnya. Jika tuntutan ini dilanggar, pemboman atas Kota Bandung dari udara akan segera dilaksanakan. Akhirnya pihak Belanda memenuhi tuntutan Jepang dan keesokan harinya, baik Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer maupun Panglima Tentara Hindia Belanda serta beebrapa pejabat tinggi militer dan seorang penerjemah pergi ke Kalijati. Di sana mereka kemudian berhadapan dengan Letnan Jenderal Imamura yang dating dari Batavia (Jakarta). Hasil pertemuan antara kedua belah pihak adalah kapitulasi tanpa syarat Angkatan Perang Hindia Belanda kepada Jepang.
Dengan penyerahan tanpa syarat oleh Letnan Jenderal H. Terpoorten, Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda atas nama Angkutan Perang Serikat di Indonesia kepada tentara ekspedisi Jepang di bawah Pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura pada tanggal 8 Maret 1942, berakhirlah peemrintahan Hindia Belanda di Indonesia dan dengan resmi mulailah kekuatan pendudukan Jepang di Indonesia.
TUJUAN JEPANG DI INDONESIA
- Menjadikan Indonesia sebagai daerah penghasil dan penyuplai bahan mentah dan bahan baker bagi kepentingan industri Jepang.
- Menjadikan Indonesia sebagai tempat pemasaran hasil industri Jepang. Indonesia dijadikan tempat pemasaran hasil industri Jepang karena jumlah penduduk Indonesia sangat banyak.
- Menjadikan Indonesia sebagai tempat untuk mendapatkan tenaga buruh yang banyak dengan upah yang relatif murah.
Sumber : SukaJepang.com dan SejarahIndonesia.blogspot.com
Belum ada Komentar untuk "Sejarah Masuknya Tentara Jepang di Indonesia dan Tujuannya"
Posting Komentar