Inilah Tokoh Pahlawan Nasional yang Berasal dari Banten
Jumat, 15 Februari 2019
Tambah Komentar
Berikut ini adalah daftar nama-nama Pahlawan Nasional yang berasal dari Provinsi/Wilayah Banten yang diambil dari banyak sumber :
1. Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra dari Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad (Sultan Banten periode 1640-1650) dan Ratu Martakusuma. Sejak kecil ia bergelar Pangeran Surya, kemudian ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Dipati. Setelah kakeknya meninggal dunia pada tanggal 10 Maret 1651, ia diangkat sebagai Sultan Banten ke-6 dengan gelar Sultan Abu al-Fath Abdulfattah.
Nama Sultan Ageng Tirtayasa berasal ketika ia mendirikan keraton baru di dusun Tirtayasa(terletak di Kabupaten Serang).
Pada tahun 1683, Sultan Ageng tertangkap dan dipenjarakan di Batavia. Ia meninggal dunia dalam penjara dan dimakamkan di Komplek Pemakaman Raja-raja Banten, di sebelah utara Masjid Agung Banten, Banten Lama.
Atas jasa-jasanya pada negara, Sultan Ageng Tirtayasa diberi gelar pahlawan Nasionalberdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970, tanggal 1 Agustus 1970.
Nama Sultan Ageng Tirtayasa juga kemudian diabadikan menjadi nama salah satu perguruan tinggi negeri di Banten, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Syafruddin Prawiranegara
Sjafruddin Prawiranegara lahir di Serang, Banten tanggal 28 Februari 1911 dan meninggal di Jakarta, 15 Februari 1989 pada umur 77 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan, Menteri, Gubernur Bank Indonesia, Wakil Perdana Menteri dan pernah menjabat sebagai Ketua (setingkat presiden) Pemerintah Darurat Republik Indonesia(PDRI).
Ia menerima mandat dari presiden Sukarno ketika pemerintahan Republik Indonesia yang kala itu beribukota di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda akibat Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948. Ia kemudian menjadi Perdana Menteri bagi kabinet tandingan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Tengah tahun 1958.
Syafruddin kemudian menjabat sebagai Gubernur Bank Sentral Indonesia yang pertama, pada tahun 1951. Sebelumnya ia adalah Presiden Direktur Javasche Bank yang terakhir, yang kemudian diubah menjadi Bank Sentral Indonesia.
3. Syekh Arsyad Thawil al-Bantani
Syekh Arsyad lahir di desa Lempuyang, Tanara, Kabupaten Serang. Ayahnya adalah orang Banten yang bernama Imam As'ad bin Mustafa bin As'ad, sementara ibunya adalah Ayu Nazham. Tidak ada yang tahu persis tanggal dan tahun kelahirannya, namun di batu nisannya tertulis bahwa ia lahir pada tahun 1851 M.
Syekh Arsyad Thawil merupakan ulama sekaligus pahlawan Indonesia yang berjuang dalam Perang Cilegon dari 9 sampai 30 Juli 1888 bersama Ki Wasyid, Tubagus Ismail, dan pejuang lainnya dari Banten. Arsyad adalah murid dari Syekh Nawawi al-Bantani, seorang ulama dari Banten yang menjadi Imam Masjidil Haram, Mekkah.
4. KH Tubagus Ahmad Khatib al-Bantani
Tubagus Ahmad Chatib al-Bantani adalah seorang ulama, pejuang, dan perintis kemerdekaan Republik Indonesia dari Banten. Pada tanggal 19 September 1945 Soekarno, selaku Presiden Republik Indonesia mengangkat Ahmad Chatib menjadi Residen Banten.
Pada masanya, Ia juga pernah menduduki jabatan penting lain di pemerintahan Indonesiaseperti Dewan Pertimbangan Agung, Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR), bahkan pernah menduduki kursi MPRS dan BPPK.
Beliau lahir di Pandeglang, Banten, 1855 dan meninggal di Pandeglang, Banten, 19 Juni 1996 pada umur 80–81 tahun.
Selain peran K.H. Tubagus Ahmad Chatib dalam roda pemerintahan negara, dalam usahanya memajukan agama dan umat ia mencetuskan berdirinya Majelis Ulama, Perusahaan Alim Ulama (PAU), serta mendirikan perguruan tinggi seperti Universitas Islam Maulana Yusuf yang di kemudian hari berganti nama menjadi IAIN Sunan Gunung Jati, Banten.
Untuk mengenang jasa-jasanya, Dinas Sosial Provinsi Banten melalui Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah mengusulkan K.H. Tb. Ahmad Chatib untuk ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial Republik Indonesia.
5. KH Syam'un
KH Syam'un merupakan seorang tokoh pejuang kemerdekaan menentang pemerintahan Hindia Belanda di Banten. Beliau lahir di Beji, Bojonegara, Bojonegara, Serang, Banten, 5 April 1894 dan meninggal di Kamasan, Cinangka, Serang, Banten, 28 Februari 1949 pada umur 54 tahun.
KH. Syam’un meninggal pada Tahun 1949 karena sakit saat memimpin gerilya dari hutan sekitar Kamasan. Pada saat meninggal, pangkat militer KH Syam'un adalah Kolonel, kerena jasa jasanya, kemudian mendapat kenaikan pangkat anumerta menjadi Brigadir Jenderal Anumerta.
6. KH Abdul Fatah Hasan
K.H. Abdul Fatah Hasan atau Ki Fatah Hasan merupakan ulama dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia dari Banten. Ki Fatah Hasan juga merupakan anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang mulai bersidang pada tanggal 10 Juli 1945, setelah adanya penambahan 6 anggota dari bangsa Indonesia pada sidang kedua.
K.H. Abdul Fatah Hasan adalah murid dari Brigjen K.H. Syam'un, perintis berdirinya Pondok Pesantren al-Khiriyah Citangkil, tempatnya menimba ilmu. Pada tahun 1933 Ki Fatah Hasan dikirim untuk belajar di Fakultas Syari'ah ke Universitas Al-Azhar oleh gurunya. Setelah menyelesaikan studinya di Kairo pada tahun 1939, Ki Fatah Hasan kembali ke Cilegon untuk mengamalkan ilmunya di Pesantren al-Khairiyah.
Atas jasa-jasa K.H. Abdul Fatah Hasan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia inilah kemudian pada tahun 1992, ia dianugerahkan Bintang Mahaputra oleh Soeharto, Presiden Republik Indonesia saat itu.
7. KH Wasyid bin Muhammad Abbas
Ki Wasyid adalah seorang pejuang yang memimpin Perang Cilegon pada tanggal 9 Juli 1888 hingga gugurnya di medan perang pada tanggal 30 Juli 1888 di Banten. Pada praktiknya, gerakan Ki Wasyid dalam perang tersebut banyak dipengaruhi oleh pemikiran guru-gurunya: Syekh Nawawi al-Bantani dan Abdul Karim al-Bantani, seorang mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah.
Dalam perjuangannya, ia memiliki keahlian dan kemampuan strategis, seperti bagaimana ia melakukan komunikasi-komunikasi politik dengan para ulama, jawara, dan pejuang-pejuang lainnya di Banten dan luar Banten untuk terlibat dalam perang melawan penjajah Belanda.
Pada 25 September 2013, kisah perjuangan Ki Wasyid dalam peristiwa Geger Cilegon 1888diangkat ke dalam sebuah film berjudul Ki Wasyid: Di Balik Jihad sang Pejuang 1888 yang disutradarai oleh Darwin Mahesa dan diproduksi oleh Kremov Pictures.
Untuk mengenang perjuangannya, pemerintah Provinsi Banten kemudian akan mengajukan Ki Wasyid sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Itulah daftar tokoh Pahlawan Nasional dari Wilayah Banten yang terdaftar dalam pemerintahan RI. Jika ada kesalahan silahkan beri komentar di bawah.
1. Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra dari Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad (Sultan Banten periode 1640-1650) dan Ratu Martakusuma. Sejak kecil ia bergelar Pangeran Surya, kemudian ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Dipati. Setelah kakeknya meninggal dunia pada tanggal 10 Maret 1651, ia diangkat sebagai Sultan Banten ke-6 dengan gelar Sultan Abu al-Fath Abdulfattah.
Nama Sultan Ageng Tirtayasa berasal ketika ia mendirikan keraton baru di dusun Tirtayasa(terletak di Kabupaten Serang).
Pada tahun 1683, Sultan Ageng tertangkap dan dipenjarakan di Batavia. Ia meninggal dunia dalam penjara dan dimakamkan di Komplek Pemakaman Raja-raja Banten, di sebelah utara Masjid Agung Banten, Banten Lama.
Atas jasa-jasanya pada negara, Sultan Ageng Tirtayasa diberi gelar pahlawan Nasionalberdasarkan SK Presiden Republik Indonesia No. 045/TK/Tahun 1970, tanggal 1 Agustus 1970.
Nama Sultan Ageng Tirtayasa juga kemudian diabadikan menjadi nama salah satu perguruan tinggi negeri di Banten, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Syafruddin Prawiranegara
Sjafruddin Prawiranegara lahir di Serang, Banten tanggal 28 Februari 1911 dan meninggal di Jakarta, 15 Februari 1989 pada umur 77 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan, Menteri, Gubernur Bank Indonesia, Wakil Perdana Menteri dan pernah menjabat sebagai Ketua (setingkat presiden) Pemerintah Darurat Republik Indonesia(PDRI).
Ia menerima mandat dari presiden Sukarno ketika pemerintahan Republik Indonesia yang kala itu beribukota di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda akibat Agresi Militer Belanda II pada tanggal 19 Desember 1948. Ia kemudian menjadi Perdana Menteri bagi kabinet tandingan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Tengah tahun 1958.
Syafruddin kemudian menjabat sebagai Gubernur Bank Sentral Indonesia yang pertama, pada tahun 1951. Sebelumnya ia adalah Presiden Direktur Javasche Bank yang terakhir, yang kemudian diubah menjadi Bank Sentral Indonesia.
3. Syekh Arsyad Thawil al-Bantani
Syekh Arsyad lahir di desa Lempuyang, Tanara, Kabupaten Serang. Ayahnya adalah orang Banten yang bernama Imam As'ad bin Mustafa bin As'ad, sementara ibunya adalah Ayu Nazham. Tidak ada yang tahu persis tanggal dan tahun kelahirannya, namun di batu nisannya tertulis bahwa ia lahir pada tahun 1851 M.
Syekh Arsyad Thawil merupakan ulama sekaligus pahlawan Indonesia yang berjuang dalam Perang Cilegon dari 9 sampai 30 Juli 1888 bersama Ki Wasyid, Tubagus Ismail, dan pejuang lainnya dari Banten. Arsyad adalah murid dari Syekh Nawawi al-Bantani, seorang ulama dari Banten yang menjadi Imam Masjidil Haram, Mekkah.
4. KH Tubagus Ahmad Khatib al-Bantani
Tubagus Ahmad Chatib al-Bantani adalah seorang ulama, pejuang, dan perintis kemerdekaan Republik Indonesia dari Banten. Pada tanggal 19 September 1945 Soekarno, selaku Presiden Republik Indonesia mengangkat Ahmad Chatib menjadi Residen Banten.
Pada masanya, Ia juga pernah menduduki jabatan penting lain di pemerintahan Indonesiaseperti Dewan Pertimbangan Agung, Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPRGR), bahkan pernah menduduki kursi MPRS dan BPPK.
Beliau lahir di Pandeglang, Banten, 1855 dan meninggal di Pandeglang, Banten, 19 Juni 1996 pada umur 80–81 tahun.
Selain peran K.H. Tubagus Ahmad Chatib dalam roda pemerintahan negara, dalam usahanya memajukan agama dan umat ia mencetuskan berdirinya Majelis Ulama, Perusahaan Alim Ulama (PAU), serta mendirikan perguruan tinggi seperti Universitas Islam Maulana Yusuf yang di kemudian hari berganti nama menjadi IAIN Sunan Gunung Jati, Banten.
Untuk mengenang jasa-jasanya, Dinas Sosial Provinsi Banten melalui Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah mengusulkan K.H. Tb. Ahmad Chatib untuk ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial Republik Indonesia.
5. KH Syam'un
KH Syam'un merupakan seorang tokoh pejuang kemerdekaan menentang pemerintahan Hindia Belanda di Banten. Beliau lahir di Beji, Bojonegara, Bojonegara, Serang, Banten, 5 April 1894 dan meninggal di Kamasan, Cinangka, Serang, Banten, 28 Februari 1949 pada umur 54 tahun.
KH. Syam’un meninggal pada Tahun 1949 karena sakit saat memimpin gerilya dari hutan sekitar Kamasan. Pada saat meninggal, pangkat militer KH Syam'un adalah Kolonel, kerena jasa jasanya, kemudian mendapat kenaikan pangkat anumerta menjadi Brigadir Jenderal Anumerta.
6. KH Abdul Fatah Hasan
K.H. Abdul Fatah Hasan atau Ki Fatah Hasan merupakan ulama dan pejuang kemerdekaan Republik Indonesia dari Banten. Ki Fatah Hasan juga merupakan anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang mulai bersidang pada tanggal 10 Juli 1945, setelah adanya penambahan 6 anggota dari bangsa Indonesia pada sidang kedua.
K.H. Abdul Fatah Hasan adalah murid dari Brigjen K.H. Syam'un, perintis berdirinya Pondok Pesantren al-Khiriyah Citangkil, tempatnya menimba ilmu. Pada tahun 1933 Ki Fatah Hasan dikirim untuk belajar di Fakultas Syari'ah ke Universitas Al-Azhar oleh gurunya. Setelah menyelesaikan studinya di Kairo pada tahun 1939, Ki Fatah Hasan kembali ke Cilegon untuk mengamalkan ilmunya di Pesantren al-Khairiyah.
Atas jasa-jasa K.H. Abdul Fatah Hasan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia inilah kemudian pada tahun 1992, ia dianugerahkan Bintang Mahaputra oleh Soeharto, Presiden Republik Indonesia saat itu.
7. KH Wasyid bin Muhammad Abbas
Ki Wasyid adalah seorang pejuang yang memimpin Perang Cilegon pada tanggal 9 Juli 1888 hingga gugurnya di medan perang pada tanggal 30 Juli 1888 di Banten. Pada praktiknya, gerakan Ki Wasyid dalam perang tersebut banyak dipengaruhi oleh pemikiran guru-gurunya: Syekh Nawawi al-Bantani dan Abdul Karim al-Bantani, seorang mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah.
Dalam perjuangannya, ia memiliki keahlian dan kemampuan strategis, seperti bagaimana ia melakukan komunikasi-komunikasi politik dengan para ulama, jawara, dan pejuang-pejuang lainnya di Banten dan luar Banten untuk terlibat dalam perang melawan penjajah Belanda.
Pada 25 September 2013, kisah perjuangan Ki Wasyid dalam peristiwa Geger Cilegon 1888diangkat ke dalam sebuah film berjudul Ki Wasyid: Di Balik Jihad sang Pejuang 1888 yang disutradarai oleh Darwin Mahesa dan diproduksi oleh Kremov Pictures.
Untuk mengenang perjuangannya, pemerintah Provinsi Banten kemudian akan mengajukan Ki Wasyid sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Itulah daftar tokoh Pahlawan Nasional dari Wilayah Banten yang terdaftar dalam pemerintahan RI. Jika ada kesalahan silahkan beri komentar di bawah.
Belum ada Komentar untuk "Inilah Tokoh Pahlawan Nasional yang Berasal dari Banten"
Posting Komentar