Kisah Asal Usul Pangeran Pekik Putra Pemimpin Surabaya
Minggu, 09 Juni 2019
Tambah Komentar
Pangeran Pekik adalah putra pemimpin Surabaya yang ditaklukkan Sultan Agung tahun 1625. Ia kemudian dijadikan pemimpin ulama Ampel dan pernah ditugasi menaklukkan Giri Kedaton di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram tahun 1636. Pangeran Pekik akhirnya meninggal tahun 1659 dihukum mati oleh Amangkurat I, karena melarikan Rara Oyi yang merupakan calon selir Amangkurat I.
Pangeran Pekik merupakan keturunan Penguasa Surabaya, ayahandanya adalah Raja Tegal Arum/Panji Joyolengkoro. Raja Tegal Arum punya empat orang anak yaitu:
1. PANGERAN PEKIK,
2. PANGERAN TRUNOJOYO,
3. PANRGERAN INDRAJIT,
4. PANGERAN WIRODARMO.
Pangeran Pekik punya banyak gelar diantaranya bergelar : Raja Amangkurat Agung, pernah menjabat sebagai Adipati Surabaya, pernah bergelar Pangeran Anom dan juga diberi gelar oleh rakyatnya Gagak Emprit (berarti orang yang punya derajat tinggi akan tetapi bisa menyatu dengan rakyatnya). Istri Pangeran Pekik adalah RATU WANDANSARI, Pangeran Pekik mempunyai tiga orang anak salah satunya BAGUS JOKO UMAR/Suromenggolo. Bagus Joko Umar sendiri mempunyai cicit yang namanya Suromenggolo (ponorogo). Pangeran Pekik mempunyai salah satu gelar religi yaitu RAJA PANDHITA WALI dengan ucapannya Sabda Pandhita Ratu. Dia mempunyai nama kecil diantaranya Raden Bagus Pekik atau Raden Muhammad Nur Pekik atau Imam Faqih. di dalam religi jawa Pangeran Pekik juga bergelar Panembahan Pekik.
Jayalengkara meninggal dunia karena usia tua beberapa waktu setelah penaklukan Surabaya. Putranya, yaitu Pangeran Pekik oleh Sultan Agung dijadikan sebagai pemimpin ulama di Ampel.
Sekitar tahun 1630 Sultan Agung menjalin persaudaraan dengan Pangeran Pekik. Ia menikahkan adiknya yang bernama Ratu Pandansari dengan pangeran dari Surabayatersebut.
Giri Kedaton di Gresik pada tahun 1633mencoba lepas dari kekuasaan Mataram. Semua perwira Mataram segan menghadapi Panembahan Kawis Guwa yang merupakan keturunan Sunan Giri.
Maka, pada tahun 1636 Sultan Agungmemerintahkan Pangeran Pekik, yang merupakan keturunan Sunan Ampel (Sunan Ampel adalah guru Sunan Giri), untuk maju menumpas pemberontakan Giri Kedaton. Panembahan Kawis Guwa dapat dikalahkan dan dibawa menghadap ke Mataram.
Sejak 1645 Sultan Agung digantikan putranya yang bergelar Amangkurat I sebagai raja Mataram selanjutnya. Raja baru ini cenderung kurang suka terhadap Pangeran Pekik, yang merupakan mertuanya sendiri.
Dikisahkan dalam naskah-naskah babad, Amangkurat I memiliki calon selir seorang gadis Surabaya bernama Rara Oyi putri Ki Mangun Jaya. Karena masih kecil, Rara Oyi pun dititipkan pada Ki Wirareja. Setelah dewasa, kecantikan Rara Oyi menarik hati Raden Mas Rahmat, putra Amangkurat I yang lahir dari permaisuri putri Pekik. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1663.
Makam Pangeran Pekik berada di Makam Banyusumurup, Imogiri, Bantul, DIY. Kompleks makam yang khusus diperuntukkan bagi keluarga kerajaan yang dianggap membangkang.
Pangeran Pekik merupakan keturunan Penguasa Surabaya, ayahandanya adalah Raja Tegal Arum/Panji Joyolengkoro. Raja Tegal Arum punya empat orang anak yaitu:
1. PANGERAN PEKIK,
2. PANGERAN TRUNOJOYO,
3. PANRGERAN INDRAJIT,
4. PANGERAN WIRODARMO.
Pangeran Pekik punya banyak gelar diantaranya bergelar : Raja Amangkurat Agung, pernah menjabat sebagai Adipati Surabaya, pernah bergelar Pangeran Anom dan juga diberi gelar oleh rakyatnya Gagak Emprit (berarti orang yang punya derajat tinggi akan tetapi bisa menyatu dengan rakyatnya). Istri Pangeran Pekik adalah RATU WANDANSARI, Pangeran Pekik mempunyai tiga orang anak salah satunya BAGUS JOKO UMAR/Suromenggolo. Bagus Joko Umar sendiri mempunyai cicit yang namanya Suromenggolo (ponorogo). Pangeran Pekik mempunyai salah satu gelar religi yaitu RAJA PANDHITA WALI dengan ucapannya Sabda Pandhita Ratu. Dia mempunyai nama kecil diantaranya Raden Bagus Pekik atau Raden Muhammad Nur Pekik atau Imam Faqih. di dalam religi jawa Pangeran Pekik juga bergelar Panembahan Pekik.
Jayalengkara meninggal dunia karena usia tua beberapa waktu setelah penaklukan Surabaya. Putranya, yaitu Pangeran Pekik oleh Sultan Agung dijadikan sebagai pemimpin ulama di Ampel.
Sekitar tahun 1630 Sultan Agung menjalin persaudaraan dengan Pangeran Pekik. Ia menikahkan adiknya yang bernama Ratu Pandansari dengan pangeran dari Surabayatersebut.
Giri Kedaton di Gresik pada tahun 1633mencoba lepas dari kekuasaan Mataram. Semua perwira Mataram segan menghadapi Panembahan Kawis Guwa yang merupakan keturunan Sunan Giri.
Maka, pada tahun 1636 Sultan Agungmemerintahkan Pangeran Pekik, yang merupakan keturunan Sunan Ampel (Sunan Ampel adalah guru Sunan Giri), untuk maju menumpas pemberontakan Giri Kedaton. Panembahan Kawis Guwa dapat dikalahkan dan dibawa menghadap ke Mataram.
Sejak 1645 Sultan Agung digantikan putranya yang bergelar Amangkurat I sebagai raja Mataram selanjutnya. Raja baru ini cenderung kurang suka terhadap Pangeran Pekik, yang merupakan mertuanya sendiri.
Dikisahkan dalam naskah-naskah babad, Amangkurat I memiliki calon selir seorang gadis Surabaya bernama Rara Oyi putri Ki Mangun Jaya. Karena masih kecil, Rara Oyi pun dititipkan pada Ki Wirareja. Setelah dewasa, kecantikan Rara Oyi menarik hati Raden Mas Rahmat, putra Amangkurat I yang lahir dari permaisuri putri Pekik. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1663.
Makam Pangeran Pekik berada di Makam Banyusumurup, Imogiri, Bantul, DIY. Kompleks makam yang khusus diperuntukkan bagi keluarga kerajaan yang dianggap membangkang.
Belum ada Komentar untuk "Kisah Asal Usul Pangeran Pekik Putra Pemimpin Surabaya"
Posting Komentar