Kisah Cerita Pemberontakan Ronggolawe Pada Majapahit
Rabu, 12 Juni 2019
Tambah Komentar
Raden Wijaya dan Ronggolawe mungkin awalnya hanya sebagai orang suruhan raja Kediri saja. Namun, keduanya bertekad besar untuk bisa menggulingkan kerajaan ini dan mendirikan dinasti sendiri. Prosesnya tentu sangat susah dan berdarah-darah, namun berkat loyalitas seorang Ronggolawe, Raden Wijaya pada akhirnya sanggup memangku jabatan raja.
Berdirinya Majapahit diawali dengan momentum runtuhnya kerajaan Kediri. Nah, dinasti itu bisa hancur setelah sekian lama, salah satunya adalah karena peran seorang Ronggolawe. Ya, sosok satu ini berhasil membuat pasukan Jayakatwang tinggal kenangan.
Jadi ketika pasukan Tar-Tar datang ke Jawa untuk menuntut balas atas kejadian tak menyenangkan di masa lalu. Mendapati hal ini, Ronggolawe dan Raden Wijaya pun melakukan siasat cerdik dengan memanfaatkan pasukan Tar-Tar tersebut untuk menyerang Kediri.
Strategi ini berhasil dan pada akhirnya meruntuhkan kejayaan Kediri. Tak hanya itu, setelahnya, Ronggolawe juga berjasa mengusir pasukan Tar-Tar dari tanah Jawa.
Jasa Ronggolawe bisa dibilang sangat besar bagi Majapahit. Tapi, ketika kerajaan ini berdiri, ia justru tak mendapatkan tempat yang layak. Sejak awal Ronggolawe memang ingin menjadi patih dan mendampingi Raden Wijaya sampai akhir hayat. Sayangnya, cita-cita besar ini tak pernah dicapainya.
Ronggolawe sangat marah dan tersinggung ketika seorang tokoh bernama Nambi diangkat sebagai patih. Nambi sendiri dianggap tak pernah memiliki jasa apa pun terhadap Majapahit. Marah, Ronggolawe pun memprotes keras keputusan Raden Wijaya tersebut. Hal ini pun jadi awal mula dari akhir kisah hidup sang tokoh besar itu.
Raden Wijaya sebenarnya sangat menyesalkan tindakan Ronggolawe. Namun, ia juga sangat marah karena protes yang dilontarkan sang teman dekat itu sangat menghinanya. Hingga akhirnya diputuskan jika pasukan Majapahit harus memberangusnya, di samping Ronggolawe memang sudah berniat untuk melakukan pemberontakan besar-besaran.
Pertarungan antara Ronggolawe dan pasukan Majapahit tak bisa dihindarkan. Hingga akhirnya setelah duel-duel mematikan, sosok pembesar Majapahit ini pun tewas di tangan pasukan dari kerajaan yang dibangunnya dengan susah payah. Kisah ini tercatat sebagai pemberontakan pertama Majapahit.
Pararaton mengisahkan Ranggalawe memberontak terhadap Kerajaan Majapahitkarena dihasut seorang pejabat licik bernama Mahapati. Kisah yang lebih panjang terdapat dalam Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe.
Pemberontakan tersebut dipicu oleh ketidakpuasan Ranggalawe atas pengangkatan Nambi sebagai rakryan patih. Menurut Ranggalawe, jabatan patih sebaiknya diserahkan kepada Lembu Sora yang dinilainya jauh lebih berjasa dalam perjuangan daripada Nambi.
Ranggalawe yang bersifat pemberani dan emosional suatu hari menghadap Raden Wijaya di ibu kota dan langsung menuntut agar kedudukan Nambi digantikan Sora. Namun Sora sama sekali tidak menyetujui hal itu dan tetap mendukung Nambi sebagai patih.
Karena tuntutannya tidak dihiraukan, Ranggalawe membuat kekacauan di halaman istana. Sora keluar menasihati Ranggalawe, yang merupakan keponakannya sendiri, untuk meminta maaf kepada raja. Namun Ranggalawe memilih pulang ke Tuban.
Mahapati yang licik ganti menghasut Nambi dengan melaporkan bahwa Ranggalawe sedang menyusun pemberontakan di Tuban. Maka atas izin raja, Nambi berangkat memimpin pasukan Majapahit didampingi Lembu Sora dan Kebo Anabrang untuk menghukum Ranggalawe.
Mendengar datangnya serangan, Ranggalawe segera menyiapkan pasukannya. Ia menghadang pasukan Majapahit di dekat Sungai Tambak Beras. Perang pun terjadi di sana. Ranggalawe bertanding melawan Kebo Anabrang di dalam sungai. Kebo Anabrang yang pandai berenang akhirnya berhasil membunuh Ranggalawe secara kejam.
Melihat keponakannya disiksa sampai mati, Lembu Sora merasa tidak tahan. Ia pun membunuh Kebo Anabrang dari belakang. Pembunuhan terhadap rekan inilah yang kelak menjadi penyebab kematian Sora pada tahun 1300.
TAHUN TERJADINYA PEMBERONTAKAN
Pararaton menyebut pemberontakan Ranggalawe terjadi pada tahun 1295, tetapi dikisahkan sesudah kematian Raden Wijaya. Menurut naskah ini, pemberontakan tersebut bersamaan dengan Jayanagara naik takhta.
Menurut Nagarakretagama, Raden Wijaya meninggal dunia dan digantikan kedudukannya oleh Jayanagara terjadi pada tahun 1309. Akibatnya, sebagian sejarawan berpendapat bahwa pemberontakan Ranggalawe terjadi pada tahun 1309, bukan 1295. Seolah-olah pengarang Pararatonmelakukan kesalahan dalam penyebutan angka tahun.
Namun Nagarakretagama juga mengisahkan bahwa pada tahun 1295 Jayanagara diangkat sebagai yuwaraja atau "raja muda" di istana Daha. Selain itu Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe dengan jelas menceritakan bahwa pemberontakan Ranggalawe terjadi pada masa pemerintahan Raden Wijaya, bukan Jayanagara.
Fakta lain menunjukkan, nama Arya Wiraraja dan Arya Adikara sama-sama terdapat dalam prasasti Kudadu tahun 1294, tetapi kemudian keduanya sama-sama tidak terdapat lagi dalam prasasti Sukamreta tahun 1296. Ini pertanda bahwa Arya Adikara alias Ranggalawe kemungkinan besar memang meninggal pada tahun 1295, sedangkan Arya Wiraraja diduga mengundurkan diri dari pemerintahan setelah kematian anaknya itu.
Jadi, kematian Ranggalawe terjadi pada tahun 1295 bertepatan dengan pengangkatan Jayanagara putra Raden Wijaya sebagai raja muda. Dalam hal ini pengarang Pararatontidak melakukan kesalahan dalam menyebut tahun, hanya saja salah menempatkan pembahasan peristiwa tersebut.
Sementara itu Nagarakretagama yang dalam banyak hal memiliki data lebih akurat dibanding Pararaton sama sekali tidak membahas pemberontakan Ranggalawe. Hal ini dapat dimaklumi karena naskah ini merupakan sastra pujian sehingga penulisnya, yaitu Mpu Prapanca merasa tidak perlu menceritakan pemberontakan seorang pahlawan yang dianggapnya sebagai aib.
Berdirinya Majapahit diawali dengan momentum runtuhnya kerajaan Kediri. Nah, dinasti itu bisa hancur setelah sekian lama, salah satunya adalah karena peran seorang Ronggolawe. Ya, sosok satu ini berhasil membuat pasukan Jayakatwang tinggal kenangan.
Jadi ketika pasukan Tar-Tar datang ke Jawa untuk menuntut balas atas kejadian tak menyenangkan di masa lalu. Mendapati hal ini, Ronggolawe dan Raden Wijaya pun melakukan siasat cerdik dengan memanfaatkan pasukan Tar-Tar tersebut untuk menyerang Kediri.
Strategi ini berhasil dan pada akhirnya meruntuhkan kejayaan Kediri. Tak hanya itu, setelahnya, Ronggolawe juga berjasa mengusir pasukan Tar-Tar dari tanah Jawa.
Jasa Ronggolawe bisa dibilang sangat besar bagi Majapahit. Tapi, ketika kerajaan ini berdiri, ia justru tak mendapatkan tempat yang layak. Sejak awal Ronggolawe memang ingin menjadi patih dan mendampingi Raden Wijaya sampai akhir hayat. Sayangnya, cita-cita besar ini tak pernah dicapainya.
Ronggolawe sangat marah dan tersinggung ketika seorang tokoh bernama Nambi diangkat sebagai patih. Nambi sendiri dianggap tak pernah memiliki jasa apa pun terhadap Majapahit. Marah, Ronggolawe pun memprotes keras keputusan Raden Wijaya tersebut. Hal ini pun jadi awal mula dari akhir kisah hidup sang tokoh besar itu.
Raden Wijaya sebenarnya sangat menyesalkan tindakan Ronggolawe. Namun, ia juga sangat marah karena protes yang dilontarkan sang teman dekat itu sangat menghinanya. Hingga akhirnya diputuskan jika pasukan Majapahit harus memberangusnya, di samping Ronggolawe memang sudah berniat untuk melakukan pemberontakan besar-besaran.
Pertarungan antara Ronggolawe dan pasukan Majapahit tak bisa dihindarkan. Hingga akhirnya setelah duel-duel mematikan, sosok pembesar Majapahit ini pun tewas di tangan pasukan dari kerajaan yang dibangunnya dengan susah payah. Kisah ini tercatat sebagai pemberontakan pertama Majapahit.
Pararaton mengisahkan Ranggalawe memberontak terhadap Kerajaan Majapahitkarena dihasut seorang pejabat licik bernama Mahapati. Kisah yang lebih panjang terdapat dalam Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe.
Pemberontakan tersebut dipicu oleh ketidakpuasan Ranggalawe atas pengangkatan Nambi sebagai rakryan patih. Menurut Ranggalawe, jabatan patih sebaiknya diserahkan kepada Lembu Sora yang dinilainya jauh lebih berjasa dalam perjuangan daripada Nambi.
Ranggalawe yang bersifat pemberani dan emosional suatu hari menghadap Raden Wijaya di ibu kota dan langsung menuntut agar kedudukan Nambi digantikan Sora. Namun Sora sama sekali tidak menyetujui hal itu dan tetap mendukung Nambi sebagai patih.
Karena tuntutannya tidak dihiraukan, Ranggalawe membuat kekacauan di halaman istana. Sora keluar menasihati Ranggalawe, yang merupakan keponakannya sendiri, untuk meminta maaf kepada raja. Namun Ranggalawe memilih pulang ke Tuban.
Mahapati yang licik ganti menghasut Nambi dengan melaporkan bahwa Ranggalawe sedang menyusun pemberontakan di Tuban. Maka atas izin raja, Nambi berangkat memimpin pasukan Majapahit didampingi Lembu Sora dan Kebo Anabrang untuk menghukum Ranggalawe.
Mendengar datangnya serangan, Ranggalawe segera menyiapkan pasukannya. Ia menghadang pasukan Majapahit di dekat Sungai Tambak Beras. Perang pun terjadi di sana. Ranggalawe bertanding melawan Kebo Anabrang di dalam sungai. Kebo Anabrang yang pandai berenang akhirnya berhasil membunuh Ranggalawe secara kejam.
Melihat keponakannya disiksa sampai mati, Lembu Sora merasa tidak tahan. Ia pun membunuh Kebo Anabrang dari belakang. Pembunuhan terhadap rekan inilah yang kelak menjadi penyebab kematian Sora pada tahun 1300.
TAHUN TERJADINYA PEMBERONTAKAN
Pararaton menyebut pemberontakan Ranggalawe terjadi pada tahun 1295, tetapi dikisahkan sesudah kematian Raden Wijaya. Menurut naskah ini, pemberontakan tersebut bersamaan dengan Jayanagara naik takhta.
Menurut Nagarakretagama, Raden Wijaya meninggal dunia dan digantikan kedudukannya oleh Jayanagara terjadi pada tahun 1309. Akibatnya, sebagian sejarawan berpendapat bahwa pemberontakan Ranggalawe terjadi pada tahun 1309, bukan 1295. Seolah-olah pengarang Pararatonmelakukan kesalahan dalam penyebutan angka tahun.
Namun Nagarakretagama juga mengisahkan bahwa pada tahun 1295 Jayanagara diangkat sebagai yuwaraja atau "raja muda" di istana Daha. Selain itu Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe dengan jelas menceritakan bahwa pemberontakan Ranggalawe terjadi pada masa pemerintahan Raden Wijaya, bukan Jayanagara.
Fakta lain menunjukkan, nama Arya Wiraraja dan Arya Adikara sama-sama terdapat dalam prasasti Kudadu tahun 1294, tetapi kemudian keduanya sama-sama tidak terdapat lagi dalam prasasti Sukamreta tahun 1296. Ini pertanda bahwa Arya Adikara alias Ranggalawe kemungkinan besar memang meninggal pada tahun 1295, sedangkan Arya Wiraraja diduga mengundurkan diri dari pemerintahan setelah kematian anaknya itu.
Jadi, kematian Ranggalawe terjadi pada tahun 1295 bertepatan dengan pengangkatan Jayanagara putra Raden Wijaya sebagai raja muda. Dalam hal ini pengarang Pararatontidak melakukan kesalahan dalam menyebut tahun, hanya saja salah menempatkan pembahasan peristiwa tersebut.
Sementara itu Nagarakretagama yang dalam banyak hal memiliki data lebih akurat dibanding Pararaton sama sekali tidak membahas pemberontakan Ranggalawe. Hal ini dapat dimaklumi karena naskah ini merupakan sastra pujian sehingga penulisnya, yaitu Mpu Prapanca merasa tidak perlu menceritakan pemberontakan seorang pahlawan yang dianggapnya sebagai aib.
Belum ada Komentar untuk "Kisah Cerita Pemberontakan Ronggolawe Pada Majapahit"
Posting Komentar