Kisah Legenda Ike Mese, Komandan Mongol Yang Menyerang Kediri
Selasa, 11 Juni 2019
Tambah Komentar
Ike Mese atau Yikomusu adalah nama komandan pasukan Mongol yang dikirim Kubilai Khan untuk menaklukkan Kertanagara raja Singhasari (1268-1292).
Pada perempat akhir abad ke-13, Kertanagararaja Singhasari terlibat persaingan melawan Kubilai Khan kaisar Mongol dalam memperebutkan pengaruh di kawasan Asia Tenggara.
Pada tahun 1289 Kubilai Khan mengirim utusan bernama Meng Khi (Hanzi: 孟琪, Meng-qi) untuk meminta Kertanagara supaya mengakui kekuasaan Kubilai Khan dan mengirim upeti ke Mongol setiap tahunnya. Kertanagara menolak permintaan itu, bahkan ia berani melukai wajah Meng Khi.
Penghinaan terhadap kekuasaan Mongol ini menyebabkan kemarahan Kubilai Khan. Pada tahun 1292 ia mengirim 20.000 orang tentara dipimpin Ike Mese, Kau Hsing, dan Shih Piuntuk menaklukkan Jawa.
Pasukan Mongol mendarat di Jawa tanggal 1 Maret 1293. Ike Mese mendengar kalau Kertanagara telah tewas dan memiliki ahli waris bernama Raden Wijaya. Ia pun mengirim utusan menemui Raden Wijaya yang berkampung di Majapahit.
Raden Wijaya bersedia menyerah dan tunduk kepada Mongol asalkan terlebih dahulu dibantu mengalahkan Jayakatwang raja Kadiri. Ike Mese kemudian diundang ke desa Majapahit untuk dimintai bantuan mengusir pasukan Kadiri yang datang menyerang.
Tentara Kadiri menyerang Majapahit dari tiga jurusan. Namun semuanya dapat dipukul mundur oleh pasukan Mongol.
PENYERANGAN KE KEDIRI
Pasukan Mongol dan Majapahit ganti menyerang ibu kota Kadiri dari berbagai jurusan. Ike Mese menyerang dari timur, Kau Hsing dari barat, Shih Pi menyusuri sungai, sedangkan pasukan Raden Wijaya sebagai barisan belakang.
Perang meletus tanggal 20 Maret 1293 pagi. Kota Daha digempur tiga kali meskipun sudah dijaga 100.000 orang prajurit. Lebih dari 5.000 orang mati terbunuh. Jayakatwang akhirnya menyerah pada sore harinya, dan ditawan di atas kapal Mongol.
Setelah Jayakatwang kalah, Raden Wijayamohon diri kembali ke Majapahit. Ike Mese dan Shih Pi mengizinkan, bahkan memberikan 200 orang tentara Mongol sebagai pengawal. Kau Hsing curiga namun tidak kuasa menentang keputusan komandan.
Pada tanggal 19 April 1293 Raden Wijayaganti menyerang pihak Mongol. Tentara Mongol yang berpesta di Daha dan Canggu diserbu. Ike Mese memutuskan mundur setelah kehilangan 3.000 orang tentaranya.
Pasukan Mongol akhirnya meninggalkan Jawa tanggal 24 April 1293, dengan membawa pulang lebih dari 100 orang tawanan, peta, daftar penduduk, surat bertulis emas dari Bali, dan barang berharga lainnya yang bernilai sekitar 500.000 tahil perak. Mereka juga sempat menhukum mati Jayakatwang dan putranya, yaitu Ardharaja, di atas kapal.
Setelah sampai di negerinya, Ike Mese dan Shih Pi ganti dihukum mati karena dinilai gagal menjalankan tugas.
Nagarakretagama memberitakan kerja sama Raden Wijaya dan pasukan Mongol secara singkat. Dalam naskah itu, pasukan Mongoldisebut sebagai bangsa Tartar.
Sementara itu Pararaton menyebut Mongolsebagai bangsa Tatar. Dikisahkan Arya Wiraraja meminta bantuan raja Tatar supaya membantu Raden Wijaya mengalahkan Jayakatwang. Sebagai imbalan, kedua putri Tumapel, yaitu Tribhuwaneswari dan Gayatri ditawarkan sebagai hadiah.
Kisah tersebut hanyalah imajinasi pengarang Pararaton belaka, karena kedatangan pasukan Mongol bukan atas undangan Arya Wiraraja, melainkan karena diperintah oleh Kubilai Khan.
Pada perempat akhir abad ke-13, Kertanagararaja Singhasari terlibat persaingan melawan Kubilai Khan kaisar Mongol dalam memperebutkan pengaruh di kawasan Asia Tenggara.
Pada tahun 1289 Kubilai Khan mengirim utusan bernama Meng Khi (Hanzi: 孟琪, Meng-qi) untuk meminta Kertanagara supaya mengakui kekuasaan Kubilai Khan dan mengirim upeti ke Mongol setiap tahunnya. Kertanagara menolak permintaan itu, bahkan ia berani melukai wajah Meng Khi.
Penghinaan terhadap kekuasaan Mongol ini menyebabkan kemarahan Kubilai Khan. Pada tahun 1292 ia mengirim 20.000 orang tentara dipimpin Ike Mese, Kau Hsing, dan Shih Piuntuk menaklukkan Jawa.
Pasukan Mongol mendarat di Jawa tanggal 1 Maret 1293. Ike Mese mendengar kalau Kertanagara telah tewas dan memiliki ahli waris bernama Raden Wijaya. Ia pun mengirim utusan menemui Raden Wijaya yang berkampung di Majapahit.
Raden Wijaya bersedia menyerah dan tunduk kepada Mongol asalkan terlebih dahulu dibantu mengalahkan Jayakatwang raja Kadiri. Ike Mese kemudian diundang ke desa Majapahit untuk dimintai bantuan mengusir pasukan Kadiri yang datang menyerang.
Tentara Kadiri menyerang Majapahit dari tiga jurusan. Namun semuanya dapat dipukul mundur oleh pasukan Mongol.
PENYERANGAN KE KEDIRI
Pasukan Mongol dan Majapahit ganti menyerang ibu kota Kadiri dari berbagai jurusan. Ike Mese menyerang dari timur, Kau Hsing dari barat, Shih Pi menyusuri sungai, sedangkan pasukan Raden Wijaya sebagai barisan belakang.
Perang meletus tanggal 20 Maret 1293 pagi. Kota Daha digempur tiga kali meskipun sudah dijaga 100.000 orang prajurit. Lebih dari 5.000 orang mati terbunuh. Jayakatwang akhirnya menyerah pada sore harinya, dan ditawan di atas kapal Mongol.
Setelah Jayakatwang kalah, Raden Wijayamohon diri kembali ke Majapahit. Ike Mese dan Shih Pi mengizinkan, bahkan memberikan 200 orang tentara Mongol sebagai pengawal. Kau Hsing curiga namun tidak kuasa menentang keputusan komandan.
Pada tanggal 19 April 1293 Raden Wijayaganti menyerang pihak Mongol. Tentara Mongol yang berpesta di Daha dan Canggu diserbu. Ike Mese memutuskan mundur setelah kehilangan 3.000 orang tentaranya.
Pasukan Mongol akhirnya meninggalkan Jawa tanggal 24 April 1293, dengan membawa pulang lebih dari 100 orang tawanan, peta, daftar penduduk, surat bertulis emas dari Bali, dan barang berharga lainnya yang bernilai sekitar 500.000 tahil perak. Mereka juga sempat menhukum mati Jayakatwang dan putranya, yaitu Ardharaja, di atas kapal.
Setelah sampai di negerinya, Ike Mese dan Shih Pi ganti dihukum mati karena dinilai gagal menjalankan tugas.
Nagarakretagama memberitakan kerja sama Raden Wijaya dan pasukan Mongol secara singkat. Dalam naskah itu, pasukan Mongoldisebut sebagai bangsa Tartar.
Sementara itu Pararaton menyebut Mongolsebagai bangsa Tatar. Dikisahkan Arya Wiraraja meminta bantuan raja Tatar supaya membantu Raden Wijaya mengalahkan Jayakatwang. Sebagai imbalan, kedua putri Tumapel, yaitu Tribhuwaneswari dan Gayatri ditawarkan sebagai hadiah.
Kisah tersebut hanyalah imajinasi pengarang Pararaton belaka, karena kedatangan pasukan Mongol bukan atas undangan Arya Wiraraja, melainkan karena diperintah oleh Kubilai Khan.
Belum ada Komentar untuk "Kisah Legenda Ike Mese, Komandan Mongol Yang Menyerang Kediri"
Posting Komentar