Setelah Digerebek, Tempat Karaoke Di Surabaya Ini Rugi Ratusan Juta
Selasa, 24 Desember 2019
Tambah Komentar
SURABAYA JATIM - Setelah digerebek karena diduga sediakan prostitusi, Karaoke de Berry langsung ditutup polisi. Hingga saat ini, karaoke keluarga ini masih belum boleh dibuka.
Ditutupnya usaha ini diakui manajemen de Berry telah menimbulkan kerugian yang cukup besar. Selain pihak manajemen, pekerja lain yang tergantung pada pekerjaan ini juga merugi karena tak ada pendapatan.
"Pengerebekan itu tentu sangat berdampak sekali pada perusahaan. Di mana artian pengunjung banyak sekali berkurang yang mana selama 7 tahun image kami family karaoke tiba-tiba ada berita yang mencuat di media massa perihal asusila. Nah itu yang berat bagi kita," kata manajer Operasional karaoke De Berry Deden Tubagus Purnama Alam kepada wartawan saat jumpa pers RM Ambojo Jalan Diponegoro, Selasa (24/12/2019).
Menurut Deden, saat ini juga, pihaknya masih meliburkan atau menutup karaoke sejak penggerebekan. Hal itu dikarenakan karena polisi masih menyelidiki terkait tindak asusila di salah satu room tersebut.
"Setelah kejadian room TKP dipolice line. Sementara kami liburkan sejak kejadian. Sementara kami sterilisasi dulu. Kami tutup sampai ada pihak dari Polda Jatim. Karena menutup dari pihak Polda," terang Deden.
Ditanya berapa kerugian materi selama penutupan? Deden menaksir perhari pihaknya mampu menghasilkan sekitar Rp 17 juta atau sekitar Rp 119 juta selama seminggu. Penutupan itu juga berdampak pada seluruh karyawannya yang saat ini dirumahkan sementara.
"Estimasi kami per hari Rp 17 juta ya tinggal dikalikan sudah seminggu ini. Ini juga berdampak pada karyawan kami yang kurang lebih ada 50 pekerja. Dan sementara kami rumahkan dahulu," beber Deden.
Untuk itu, Deden berharap, kasus penggerebekan itu bisa segera dituntaskan oleh Polda Jatim dan tidak berlarut-larut. Ia juga mendesak proses pemeriksaan kepada tersangka yang melakukan tindakan asusila di room segera diproses secara cepat.
"Harapannya dari Polda ada kepastian dalam artian ada tersangka yang menyalahgunakan room karaoke kami untuk tindak asusila. Di sana mungkin koordinator atau agency freelance (LC) tersebut sekaligus mungkin ada pengunjung yang transaksi di sana," harapnya.
Sebelumnya, Polda Jatim melakukan penggerebekan prostitusi yang diduga berkedok karaoke keluarga. Dalam kasus ini, polisi mengamankan belasan LC dan menetapkan seorang muncikari atau mami sebagai tersangka.
Lalu, berapa tarif yang dipatok pelaku dalam sekali layanan? Direskrimum Polda Jatim Kombes Pitra Ratulangi mengatakan Mami berinisial D ini mematok tarif mulai Rp 500 ribu hingga Rp 1,5 juta.
Mami D mendapatkan keuntungan Rp 300 ribu untuk satu anak buah yang ditawarkan.
"Sekali aksi dibayar 500 sampai 1,5 juta. Dalam sekali, dia memperoleh 300 ribu. Ini berjalan sudah cukup sering. Modusnya, mami ini mencarikan LC pelanggan, dan bertemu dengan LC-nya. Dari situ dilakukan transaksi," kata Pitra di Mapolda Jatim Jalan Ahmad Yani Surabaya, Kamis (19/12/2019).
Ditutupnya usaha ini diakui manajemen de Berry telah menimbulkan kerugian yang cukup besar. Selain pihak manajemen, pekerja lain yang tergantung pada pekerjaan ini juga merugi karena tak ada pendapatan.
"Pengerebekan itu tentu sangat berdampak sekali pada perusahaan. Di mana artian pengunjung banyak sekali berkurang yang mana selama 7 tahun image kami family karaoke tiba-tiba ada berita yang mencuat di media massa perihal asusila. Nah itu yang berat bagi kita," kata manajer Operasional karaoke De Berry Deden Tubagus Purnama Alam kepada wartawan saat jumpa pers RM Ambojo Jalan Diponegoro, Selasa (24/12/2019).
Menurut Deden, saat ini juga, pihaknya masih meliburkan atau menutup karaoke sejak penggerebekan. Hal itu dikarenakan karena polisi masih menyelidiki terkait tindak asusila di salah satu room tersebut.
"Setelah kejadian room TKP dipolice line. Sementara kami liburkan sejak kejadian. Sementara kami sterilisasi dulu. Kami tutup sampai ada pihak dari Polda Jatim. Karena menutup dari pihak Polda," terang Deden.
Ditanya berapa kerugian materi selama penutupan? Deden menaksir perhari pihaknya mampu menghasilkan sekitar Rp 17 juta atau sekitar Rp 119 juta selama seminggu. Penutupan itu juga berdampak pada seluruh karyawannya yang saat ini dirumahkan sementara.
"Estimasi kami per hari Rp 17 juta ya tinggal dikalikan sudah seminggu ini. Ini juga berdampak pada karyawan kami yang kurang lebih ada 50 pekerja. Dan sementara kami rumahkan dahulu," beber Deden.
Untuk itu, Deden berharap, kasus penggerebekan itu bisa segera dituntaskan oleh Polda Jatim dan tidak berlarut-larut. Ia juga mendesak proses pemeriksaan kepada tersangka yang melakukan tindakan asusila di room segera diproses secara cepat.
"Harapannya dari Polda ada kepastian dalam artian ada tersangka yang menyalahgunakan room karaoke kami untuk tindak asusila. Di sana mungkin koordinator atau agency freelance (LC) tersebut sekaligus mungkin ada pengunjung yang transaksi di sana," harapnya.
Sebelumnya, Polda Jatim melakukan penggerebekan prostitusi yang diduga berkedok karaoke keluarga. Dalam kasus ini, polisi mengamankan belasan LC dan menetapkan seorang muncikari atau mami sebagai tersangka.
Lalu, berapa tarif yang dipatok pelaku dalam sekali layanan? Direskrimum Polda Jatim Kombes Pitra Ratulangi mengatakan Mami berinisial D ini mematok tarif mulai Rp 500 ribu hingga Rp 1,5 juta.
Mami D mendapatkan keuntungan Rp 300 ribu untuk satu anak buah yang ditawarkan.
"Sekali aksi dibayar 500 sampai 1,5 juta. Dalam sekali, dia memperoleh 300 ribu. Ini berjalan sudah cukup sering. Modusnya, mami ini mencarikan LC pelanggan, dan bertemu dengan LC-nya. Dari situ dilakukan transaksi," kata Pitra di Mapolda Jatim Jalan Ahmad Yani Surabaya, Kamis (19/12/2019).
Belum ada Komentar untuk "Setelah Digerebek, Tempat Karaoke Di Surabaya Ini Rugi Ratusan Juta"
Posting Komentar