Dubes AS Diculik di Hari Valentine Dan Dihabisi
Jumat, 14 Februari 2020
Tambah Komentar
Hari Valentine 41 tahun lalu, nasib tragis bagi Duta Besar Amerika Serikat untuk Afghanistan Adolph "Spike" Dubs. Diplomat karier yang pernah bertugas di Uni Soviet dan Yugoslavia diculik kelompok militan bersenjata. Dia kemudian ditemukan tewas dalam operasi pembebasan.
Dubs diculik di tengah keruwetan kota Kabul. Saat mobil yang ditumpanginya berada di depan Pusat Kebudayaan AS, tiga orang berpakaian polisi datang mendekat. Mereka memberi isyarat pada pengemudi untuk menurunkan kaca jendela.
Begitu kaca diturunkan, ketiganya langsung masuk dalam mobil, seraya menodongkan pistol. Sopir diminta pergi ke Hotel Kabul. Mereka kemudian menarik Dubs masuk dalam hotel. Di lobi hotel itu sudah ada anggota kelompok lain yang menunggu dalam sebuah ruang telepon.
"Kami menahan duta besar," ujar salah seorang penculik yang menelpon Kementerian Luar Negeri Afghanistan seperti yang dikutip dari Los Angeles Times. Sementara penculik lainnya, menembakkan senjata ke udara agar pengunjung hotel meninggalkan lobi.
Tak lama kemudian, belasan prajurit komando Afghanistan merapat ke hotel tersebut atas perintah Menteri Luar Negeri, Hafizullah Amin. Begitu juga para pejabat Kedutaan AS di Afghanistan termasuk Doug Wankel. "Beberapa pria Rusia berpakaian preman juga muncul. Saya tahu mereka ini adalah KGB, dikutip CNN.
Pejabat AS berusaha membuka kontak dengan penculik namun gagal. Bruce Flatin, penasihat politik kedutaan jadi satu-satunya orang yang diberi kesempatan berbicara dengan Dubs. Namun pembicaraan itu dengan Dubs yang ditahan di kamar nomor 117 berlangsung singkat. Dubes mengaku dalam kondisi baik.
Menjelang pukul 1 malam, orang Soviet melambaikan saputangan putihnya. Segera setelah itu, tiga prajurit Afghanistan dengan senjata AK-47 bergerak mendekati kamar. "Mereka menendang pintu dan masuk," ujar Wenkel. Rentetan suara senapan mesin menggelegar memenuhi lorong hotel. Tim lain menembaki kamar itu dari atap gedung bank di seberang hotel.
setelah tembakan berhenti, Wenkel bersama rekannya Mike Malinowski dan dokter kedutaan bergegas mendekati kamar itu membawa tandu. Mereka sempat mendengar suara pistol meletus. Sesampai di kamar mereka mendapati dua penculik tewas terkapar. Begitu juga dengan sang duta besar yang tewas di kursi.
Pihak Afghanistan sempat menangkap satu orang dalam keadaan hidup. Namun kemudian diumumkan tewas beberapa jam kemudian. Sementara satu penculik lagi tak pernah diketahui keberadaannya. Autopsi jasad Dubs melaporkan, bekas prajurit Angkatan Laut itu tewas dengan 10 luka dari senjata kaliber kecil.
Departemen Luar Negeri AS melancarkan protes keras pada pemerintah Afghanistan dan Soviet atas tewasnya diplomat yang fasih berbahasa Rusia itu. Sampai kini, tewasnya Dubs masih diselimuti kabut misteri yang tebal. Tak ada bukti yang tertinggal.
Farid Mazdak, seorang politisi partai berkuasa di Afghanistas pada 1990-an menyatakan pada Los Angeles Times,"Sulit untuk mengatakan (siapa pembunuh Dubs), karena tidak ada penculik yang hidup. Konon satu-satunya penculik yang selamat kemudian tewas disuntik di Departemen Keamanan Negara."
Dubs diculik di tengah keruwetan kota Kabul. Saat mobil yang ditumpanginya berada di depan Pusat Kebudayaan AS, tiga orang berpakaian polisi datang mendekat. Mereka memberi isyarat pada pengemudi untuk menurunkan kaca jendela.
Begitu kaca diturunkan, ketiganya langsung masuk dalam mobil, seraya menodongkan pistol. Sopir diminta pergi ke Hotel Kabul. Mereka kemudian menarik Dubs masuk dalam hotel. Di lobi hotel itu sudah ada anggota kelompok lain yang menunggu dalam sebuah ruang telepon.
"Kami menahan duta besar," ujar salah seorang penculik yang menelpon Kementerian Luar Negeri Afghanistan seperti yang dikutip dari Los Angeles Times. Sementara penculik lainnya, menembakkan senjata ke udara agar pengunjung hotel meninggalkan lobi.
Tak lama kemudian, belasan prajurit komando Afghanistan merapat ke hotel tersebut atas perintah Menteri Luar Negeri, Hafizullah Amin. Begitu juga para pejabat Kedutaan AS di Afghanistan termasuk Doug Wankel. "Beberapa pria Rusia berpakaian preman juga muncul. Saya tahu mereka ini adalah KGB, dikutip CNN.
Pejabat AS berusaha membuka kontak dengan penculik namun gagal. Bruce Flatin, penasihat politik kedutaan jadi satu-satunya orang yang diberi kesempatan berbicara dengan Dubs. Namun pembicaraan itu dengan Dubs yang ditahan di kamar nomor 117 berlangsung singkat. Dubes mengaku dalam kondisi baik.
Menjelang pukul 1 malam, orang Soviet melambaikan saputangan putihnya. Segera setelah itu, tiga prajurit Afghanistan dengan senjata AK-47 bergerak mendekati kamar. "Mereka menendang pintu dan masuk," ujar Wenkel. Rentetan suara senapan mesin menggelegar memenuhi lorong hotel. Tim lain menembaki kamar itu dari atap gedung bank di seberang hotel.
setelah tembakan berhenti, Wenkel bersama rekannya Mike Malinowski dan dokter kedutaan bergegas mendekati kamar itu membawa tandu. Mereka sempat mendengar suara pistol meletus. Sesampai di kamar mereka mendapati dua penculik tewas terkapar. Begitu juga dengan sang duta besar yang tewas di kursi.
Pihak Afghanistan sempat menangkap satu orang dalam keadaan hidup. Namun kemudian diumumkan tewas beberapa jam kemudian. Sementara satu penculik lagi tak pernah diketahui keberadaannya. Autopsi jasad Dubs melaporkan, bekas prajurit Angkatan Laut itu tewas dengan 10 luka dari senjata kaliber kecil.
Departemen Luar Negeri AS melancarkan protes keras pada pemerintah Afghanistan dan Soviet atas tewasnya diplomat yang fasih berbahasa Rusia itu. Sampai kini, tewasnya Dubs masih diselimuti kabut misteri yang tebal. Tak ada bukti yang tertinggal.
Farid Mazdak, seorang politisi partai berkuasa di Afghanistas pada 1990-an menyatakan pada Los Angeles Times,"Sulit untuk mengatakan (siapa pembunuh Dubs), karena tidak ada penculik yang hidup. Konon satu-satunya penculik yang selamat kemudian tewas disuntik di Departemen Keamanan Negara."
Belum ada Komentar untuk "Dubes AS Diculik di Hari Valentine Dan Dihabisi"
Posting Komentar