Akibat Tanah Retak, Warga Trenggalek Mengungsi
Kamis, 05 Maret 2020
Tambah Komentar
TRENGGALEK JATIM - Enam rumah di Kecamatan Dongko, Trenggalek, retak-retak akibat terdampak tanah gerak. Dua rumah terpaksa dikosongkan lantaran kondisinya mengkhawatirkan.
Lokasi bencana tanah gerak berada di Dusun Krajan, Desa Pringapus, Kecamatan Dongko, Trenggalek. Dampaknya enam unit rumah warga rusak dan retak-retak. Kondisi terparah terjadi di rumah Mugio dan Sukinem. Sedangkan empat di antaranya adalah milik Wardianto, Pujiono, Yanto dan Rasit.
Di rumah Sukinem, dinding mengalami retak di bagian kamar dan lantai, lebar retakan mencapai 10 cm. Dampak retakan tersebut kondisi rumah terlihat miring dan rawan roboh.
Sedangkan di rumah Mugio rekahan tanah memanjang dari bagian depan hingga tembus bagian dapur. Lebar retakan mencapai lebih dari 20 sentimeter. Bahkan posisi tanah juga mengalami ambles.
"Dapur saya bongkar karena dampak retakan. Dinding rumah juga retak. Sekarang rumah saya kosongkan dan mengungsi ke rumah anak saya yang ada di depan situ," kata Mugio saat dikonfirmasi, Kamis (5/3/2020).
Menurutnya terjadinya retakan tanah tersebut sudah berlangsung sejak tahun lalu. Namun kondisi terparah terjadi pada musim hujan dua pekan terakhir.
"Kalau yang retakan besar ini seketika, siang hujan deras ke rumah anak dan malam saya tengok sudah ada retakan besar ini," imbuhnya.
Sementara Kepala Desa Pringapus Tamsi, membenarkan adanya retakan tanah gerak di Dusun Krajan. Menurutnya bencana tersebut merupakan yang kedua kalinya setelah 2018 lalu.
Saat memantau dampak tanah gerak bersama BPBD Trenggalek, mengatakan titik bencana alam tersebut terjadi sporadis di perkampungan yang berdekatan dengan sungai.
"Tadi kami ukur, tanah tersebut juga mengalami penurunan atau ambles hingga 50 sentimeter. Kalau di dalam rumah ada yang dinding dan lantainya retak," kata Kades Tamsi.
Menurutnya, bencana tersebut terjadi setelah wilayah Kecamatan Dongko diguyur hujan selama beberapa pekan terakhir. Tingginya intensitas curah hujan mengakibatkan tanah yang ada di dekat sungai menjadi labil.
"Enam rumah terdampak ini, kalau melihat alurnya satu garis di sekitar aliran sungai. Asalnya dari irigasi yang merongrong lereng bagian bawah sekitar rumah ini, sehingga tanahnya gerak," ujarnya.
Tamsi mengaku kondisi parah retakan juga dipicu kurang sigapnya masyarakat sekitar untuk menutup titik retakan, sehingga saat terjadi hujan deras, air masuk ke dalam retakan dan memperparah kondisinya.
"Mungkin jika sejak awal langsung ditutup tidak akan separah ini. Meskipun itu tidak menjamin rumah ini bisa tetap ditempati. Minimal bisa mengurangi dampaknya," jelas Tamsi.
Selain rumah Mugio, rumah lain yang kini dikosongkan adalah milik Sukinem. Sebab kondisinya cukup membahayakan dan rawan roboh.
Untuk menanggulangi dampak bencana alam tersebut pihak desa mengusulkan kepada BPBD Trenggalek untuk mendapatkan bantuan bronjong. "Kebutuhannya sekitar 300 bronjong," jelasnya.
Lokasi bencana tanah gerak berada di Dusun Krajan, Desa Pringapus, Kecamatan Dongko, Trenggalek. Dampaknya enam unit rumah warga rusak dan retak-retak. Kondisi terparah terjadi di rumah Mugio dan Sukinem. Sedangkan empat di antaranya adalah milik Wardianto, Pujiono, Yanto dan Rasit.
Di rumah Sukinem, dinding mengalami retak di bagian kamar dan lantai, lebar retakan mencapai 10 cm. Dampak retakan tersebut kondisi rumah terlihat miring dan rawan roboh.
Sedangkan di rumah Mugio rekahan tanah memanjang dari bagian depan hingga tembus bagian dapur. Lebar retakan mencapai lebih dari 20 sentimeter. Bahkan posisi tanah juga mengalami ambles.
"Dapur saya bongkar karena dampak retakan. Dinding rumah juga retak. Sekarang rumah saya kosongkan dan mengungsi ke rumah anak saya yang ada di depan situ," kata Mugio saat dikonfirmasi, Kamis (5/3/2020).
Menurutnya terjadinya retakan tanah tersebut sudah berlangsung sejak tahun lalu. Namun kondisi terparah terjadi pada musim hujan dua pekan terakhir.
"Kalau yang retakan besar ini seketika, siang hujan deras ke rumah anak dan malam saya tengok sudah ada retakan besar ini," imbuhnya.
Sementara Kepala Desa Pringapus Tamsi, membenarkan adanya retakan tanah gerak di Dusun Krajan. Menurutnya bencana tersebut merupakan yang kedua kalinya setelah 2018 lalu.
Saat memantau dampak tanah gerak bersama BPBD Trenggalek, mengatakan titik bencana alam tersebut terjadi sporadis di perkampungan yang berdekatan dengan sungai.
"Tadi kami ukur, tanah tersebut juga mengalami penurunan atau ambles hingga 50 sentimeter. Kalau di dalam rumah ada yang dinding dan lantainya retak," kata Kades Tamsi.
Menurutnya, bencana tersebut terjadi setelah wilayah Kecamatan Dongko diguyur hujan selama beberapa pekan terakhir. Tingginya intensitas curah hujan mengakibatkan tanah yang ada di dekat sungai menjadi labil.
"Enam rumah terdampak ini, kalau melihat alurnya satu garis di sekitar aliran sungai. Asalnya dari irigasi yang merongrong lereng bagian bawah sekitar rumah ini, sehingga tanahnya gerak," ujarnya.
Tamsi mengaku kondisi parah retakan juga dipicu kurang sigapnya masyarakat sekitar untuk menutup titik retakan, sehingga saat terjadi hujan deras, air masuk ke dalam retakan dan memperparah kondisinya.
"Mungkin jika sejak awal langsung ditutup tidak akan separah ini. Meskipun itu tidak menjamin rumah ini bisa tetap ditempati. Minimal bisa mengurangi dampaknya," jelas Tamsi.
Selain rumah Mugio, rumah lain yang kini dikosongkan adalah milik Sukinem. Sebab kondisinya cukup membahayakan dan rawan roboh.
Untuk menanggulangi dampak bencana alam tersebut pihak desa mengusulkan kepada BPBD Trenggalek untuk mendapatkan bantuan bronjong. "Kebutuhannya sekitar 300 bronjong," jelasnya.
Belum ada Komentar untuk "Akibat Tanah Retak, Warga Trenggalek Mengungsi"
Posting Komentar