Pilkada Banyuwangi Diwarnai Aksi Kerusuhan Massa
Rabu, 16 September 2020
BANYUWANGI JATIM – Tahapan Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) Banyuwangi telah dilakukan. Mulai dari masa kampanye, masa tenang, pencoblosan atau pemilihan langsung, hingga masa penetapan hasil pemilu.
Pada rentang itu, ada beberapa catatan yangang harus diperhatikan. Dan beda dari pemilihan umum sebelumnya. Pasalnya pada pemilihan ini dari semua tahapan, penyelenggara harus tetap mematuhi protokol kesehatan Covid 19. Benar, saja karena memang Pilkada tahun ini masih dalam masa pandemi.
Singkat cerita, pada waktu pemilihan semua petugas tempat pemungutan suara (TPS) wajib menggunakan alat pelindung diri (APD). Mulai dari masker, pelindung wajah, sarung tangan, menyediakan handsanitizer dan thermogun untuk mengecek suhu tubuh. Termasuk menyiapkan tenaga medis di lokasi pemungutan suara.
Protokol ini dilakukan saat masa pemilihan berlangsung. Sebelum memasuki TPS, area dilakukan sterilisasi menggunakan disinfektan. Warga masuk ke TPS wajib mencuci tangan dan harus bersuhu di bawah 37 derajat. Jika tidak, mereka dilarang masuk TPS.
Kalaupun diizinkan, mereka boleh mencoblos di bilik yang disediakan di luar TPS. Nah, saat pemilihan berlangsung ada salah seorang warga yang tiba-tiba pingsan. Petugas TPS, dilarang memegang langsung warga tersebut. Karena SOP-nya harus melalui penanganan tim medis.
Warga itu disemprot cairan disinfektan, kemudian diangkat menggunakan tandu menuju ambulan. Baru penanganan tingkat lanjut dilakukan di Puskesmas atau rumah sakit terdekat. Waktu pemungutan suara usai. Saatnya penghitungan suara. Ada dua kandidat yang memang dipercaya dan harus dipilih oleh warga Banyuwangi.
Sesuai hasil rekapitulasi, KPU Banyuwangi memutuskan salah satu paslon dinyatakan menang dalam penyelenggaraan pemilu tahun ini. Hal ini, yang dinilai menjadi pemicu adanya laporan ketidakpercayaan salah satu pendukung yang kalah.
Mereka melakukan demo besar-besaran di depan KPU Banyuwangi. Para konstituen pasangan yang kalah itu mendesak agar dilakukan pemungutan suara ulang. Jika tidak, KPU harus bertanggungjawab atas kejadian bahkan keributan. Namun, aksi masa ini sempat dihalau oleh barisan polisi wanita. Mereka diminta mundur, tapi tak digubris.
Polisi menerjunkan, satuan pengendali masa dan K9. Mereka tetap beringas. Justru menyulut keributan lebih luas. Bahkan masa yang tak terkendali melempar sejumlah benda ke arah petugas. Tak berhenti di sini, Polresta Banyuwangi dibackup pasukan Brimob Polda Jatim turun langsung menghalau massa.
Dalam aksi ini, tim kompi hitam tersebut sempat menembakkan gas air mata ke pengunjuk rasa. Meski demikian, tak membuat mereka gentar. Hingga semburan Water Cannon membubarkan mereka kembali ke rumah masing-masing.
Begitulah, suasana simulasi Sistem Pengaman Kota saat berlangsungnya Pemilukada di Kabupaten Banyuwangi. Setidaknya itu merupakan gambaran bagi para petugas saat melakukan tugas pada Pilkada serentak di Jatim pada 9 Desember mendatang.
‘Itu yang utama. Karena pemilu serentak hari ini berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Kita menghadapi COVID-19. Juga kasus COVID-19 di Jatim masih tinggi. Masyarakat maupun petugas dan penyelenggara harus bisa bersama-sama menjaga ini. Itu hukumnya wajib,” jelas Wakapolda Jatim Brigjen Slamet Hadi Supraptoyo, Rabu (16/9/2020).
Dengan segala persiapan yang baik ITU, mantan Kapolres Banyuwangi ini berharap perhelatan Pilbup 2020 bisa berjalan kondusif tanpa ada rintangan berarti. “Dan yang penting juga, semoga saat Pilkada serentak ini semuanya terhindar dari COVID-19,” tambahnya.
Terkait dengan simulasi Sispamkota, pihaknya mengapresiasi kesiapan Polresta Banyuwangi baik dalam pengendalian masa maupun pelaksanaan protokol kesehatan. Dirinya berharap, Polres dan Polresta di Jawa Timur yang menggelar Pilkada untuk mencontoh kesiapan Polresta Banyuwangi dalam menjalankan pengamanan dan kelancaran tahapan pemilu.
“Hari ini kita melihat bersama bagaimana kesiapan unsur pengamanan yang ada di Banyuwangi. Mulai dari TNI-Polri dan aparat yang lain serta penyelenggara yang ada di Banyuwangi untuk mempersiapkan tahapan Pilkada. Baik saat pemungutan suara maupun paska pemungutan,” katanya.
“Latihan tadi menggambarkan kesiapan pengamanan pemilu di Banyuwangi. yang tidak kalah penting, pelaksanaan latihan tadi semua harus mentaati protokol kesehatan,” kata dia.
Kapolresta Banyuwangi Kombes Arman Asmara Syarifudin, dalam simulasi pengamanan kita (Sispamkota) yang digelar di Banyuwangi, digambarkan adanya aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh para pendukung salah satu pasangan calon. Aksi anarkhis dilakukan ratusan massa karena tidak puas dengan tahapan Pilkada.
“Dalam cerita Sispamkota ini masa awalnya bergerak Mereka melurug kantor KPU dan menuntut Ketua KPU agar bertanggungjawab karena disinyalir telah terjadi kecurangan saat rekapitulasi suara. Mereka mulai melempari petugas keamanan dengan berbagai material serta merusak berbagai fasilitas umum,” ujarnya.
Menghadapi masa yang bringas, ratusan personel PAM Pengamanan Pilkada Banyuwangi yang terdiri dari unsur Kepolisian, Brimob, Dinas perhubungan dan Satpol PP langsung bertindak. Beberapa ekor anjing polisi juga diterjunkan untuk membubarkan masa.
“Petugas akhirnya menyemprotkan air dari water canon ditambah gas air mata hingga membuat pengunjukrasa mundur,” tambahnya.
Sejumlah demonstran yang pingsan lagnsung dievakuasi dengan menggunakan protokol kesehatan. Petugas pun berhasil mengendalikan situasi dan mengamankan para pengunjuk rasa yang anarkis.
Sementara itu, Bupati Anas juga berharap pelaksanaan pilkada serentak 2020 di Banyuwangi bisa berjalan lancar, kondusif, dan damai. “Dengan alasan apapun masyarakat Banyuwangi harus tetap rukun dan damai,” pungkasnya.
Sumber : beritajatim.com
Pada rentang itu, ada beberapa catatan yangang harus diperhatikan. Dan beda dari pemilihan umum sebelumnya. Pasalnya pada pemilihan ini dari semua tahapan, penyelenggara harus tetap mematuhi protokol kesehatan Covid 19. Benar, saja karena memang Pilkada tahun ini masih dalam masa pandemi.
Singkat cerita, pada waktu pemilihan semua petugas tempat pemungutan suara (TPS) wajib menggunakan alat pelindung diri (APD). Mulai dari masker, pelindung wajah, sarung tangan, menyediakan handsanitizer dan thermogun untuk mengecek suhu tubuh. Termasuk menyiapkan tenaga medis di lokasi pemungutan suara.
Protokol ini dilakukan saat masa pemilihan berlangsung. Sebelum memasuki TPS, area dilakukan sterilisasi menggunakan disinfektan. Warga masuk ke TPS wajib mencuci tangan dan harus bersuhu di bawah 37 derajat. Jika tidak, mereka dilarang masuk TPS.
Kalaupun diizinkan, mereka boleh mencoblos di bilik yang disediakan di luar TPS. Nah, saat pemilihan berlangsung ada salah seorang warga yang tiba-tiba pingsan. Petugas TPS, dilarang memegang langsung warga tersebut. Karena SOP-nya harus melalui penanganan tim medis.
Warga itu disemprot cairan disinfektan, kemudian diangkat menggunakan tandu menuju ambulan. Baru penanganan tingkat lanjut dilakukan di Puskesmas atau rumah sakit terdekat. Waktu pemungutan suara usai. Saatnya penghitungan suara. Ada dua kandidat yang memang dipercaya dan harus dipilih oleh warga Banyuwangi.
Sesuai hasil rekapitulasi, KPU Banyuwangi memutuskan salah satu paslon dinyatakan menang dalam penyelenggaraan pemilu tahun ini. Hal ini, yang dinilai menjadi pemicu adanya laporan ketidakpercayaan salah satu pendukung yang kalah.
Mereka melakukan demo besar-besaran di depan KPU Banyuwangi. Para konstituen pasangan yang kalah itu mendesak agar dilakukan pemungutan suara ulang. Jika tidak, KPU harus bertanggungjawab atas kejadian bahkan keributan. Namun, aksi masa ini sempat dihalau oleh barisan polisi wanita. Mereka diminta mundur, tapi tak digubris.
Polisi menerjunkan, satuan pengendali masa dan K9. Mereka tetap beringas. Justru menyulut keributan lebih luas. Bahkan masa yang tak terkendali melempar sejumlah benda ke arah petugas. Tak berhenti di sini, Polresta Banyuwangi dibackup pasukan Brimob Polda Jatim turun langsung menghalau massa.
Dalam aksi ini, tim kompi hitam tersebut sempat menembakkan gas air mata ke pengunjuk rasa. Meski demikian, tak membuat mereka gentar. Hingga semburan Water Cannon membubarkan mereka kembali ke rumah masing-masing.
Begitulah, suasana simulasi Sistem Pengaman Kota saat berlangsungnya Pemilukada di Kabupaten Banyuwangi. Setidaknya itu merupakan gambaran bagi para petugas saat melakukan tugas pada Pilkada serentak di Jatim pada 9 Desember mendatang.
‘Itu yang utama. Karena pemilu serentak hari ini berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Kita menghadapi COVID-19. Juga kasus COVID-19 di Jatim masih tinggi. Masyarakat maupun petugas dan penyelenggara harus bisa bersama-sama menjaga ini. Itu hukumnya wajib,” jelas Wakapolda Jatim Brigjen Slamet Hadi Supraptoyo, Rabu (16/9/2020).
Dengan segala persiapan yang baik ITU, mantan Kapolres Banyuwangi ini berharap perhelatan Pilbup 2020 bisa berjalan kondusif tanpa ada rintangan berarti. “Dan yang penting juga, semoga saat Pilkada serentak ini semuanya terhindar dari COVID-19,” tambahnya.
Terkait dengan simulasi Sispamkota, pihaknya mengapresiasi kesiapan Polresta Banyuwangi baik dalam pengendalian masa maupun pelaksanaan protokol kesehatan. Dirinya berharap, Polres dan Polresta di Jawa Timur yang menggelar Pilkada untuk mencontoh kesiapan Polresta Banyuwangi dalam menjalankan pengamanan dan kelancaran tahapan pemilu.
“Hari ini kita melihat bersama bagaimana kesiapan unsur pengamanan yang ada di Banyuwangi. Mulai dari TNI-Polri dan aparat yang lain serta penyelenggara yang ada di Banyuwangi untuk mempersiapkan tahapan Pilkada. Baik saat pemungutan suara maupun paska pemungutan,” katanya.
“Latihan tadi menggambarkan kesiapan pengamanan pemilu di Banyuwangi. yang tidak kalah penting, pelaksanaan latihan tadi semua harus mentaati protokol kesehatan,” kata dia.
Kapolresta Banyuwangi Kombes Arman Asmara Syarifudin, dalam simulasi pengamanan kita (Sispamkota) yang digelar di Banyuwangi, digambarkan adanya aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh para pendukung salah satu pasangan calon. Aksi anarkhis dilakukan ratusan massa karena tidak puas dengan tahapan Pilkada.
“Dalam cerita Sispamkota ini masa awalnya bergerak Mereka melurug kantor KPU dan menuntut Ketua KPU agar bertanggungjawab karena disinyalir telah terjadi kecurangan saat rekapitulasi suara. Mereka mulai melempari petugas keamanan dengan berbagai material serta merusak berbagai fasilitas umum,” ujarnya.
Menghadapi masa yang bringas, ratusan personel PAM Pengamanan Pilkada Banyuwangi yang terdiri dari unsur Kepolisian, Brimob, Dinas perhubungan dan Satpol PP langsung bertindak. Beberapa ekor anjing polisi juga diterjunkan untuk membubarkan masa.
“Petugas akhirnya menyemprotkan air dari water canon ditambah gas air mata hingga membuat pengunjukrasa mundur,” tambahnya.
Sejumlah demonstran yang pingsan lagnsung dievakuasi dengan menggunakan protokol kesehatan. Petugas pun berhasil mengendalikan situasi dan mengamankan para pengunjuk rasa yang anarkis.
Sementara itu, Bupati Anas juga berharap pelaksanaan pilkada serentak 2020 di Banyuwangi bisa berjalan lancar, kondusif, dan damai. “Dengan alasan apapun masyarakat Banyuwangi harus tetap rukun dan damai,” pungkasnya.
Sumber : beritajatim.com