Kisah bocah kakak beradik siswa SD jualan bolang- baling di kudus
KUDUS JATENG - Dua bocah kakak beradik di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengajarkan tentang perjuangan hidup. Meski usia masih sekolah dasar, keduanya semangat berjualan membantu kedua orang tuanya.
Mereka adalah Erlaga Sabar Pratama (11) dan Ismail (8). Keduanya berjualan kue bolang-baling dan kue cakwe di Jalan Mayor Kusumanto, Pedawang Kecamatan Bae, Kudus.
Saat ditemui keduanya tengah sibuk berjualan kue bolang-baling dan cakwe, Selasa (29/12/2020). Mereka mulai berjualan mulai pukul 05.30 WIB sampai pukul 09.00 WIB.
Pantauan wartawan, keduanya mulai membawa kue bolang-baling dari rumah yang dikontrak kedua orang tuanya di Desa Pedawang. Kedua orang tua bocah itu menggoreng kue bolang-baling di rumah.
Setelah matang, bolang-baling dan cakwe diambil kedua bocah itu dan dibawa ke gerobak lokasi berjualan yang berjarak sekitar 50 meter dari rumah mereka.
Kue bolang-baling dan cakwe yang dijual pagi ini terlihat laku keras. Secara bergantian kakak adik itu mengambil kue yang sudah selesai digoreng untuk dijual. Terlihat pembeli pun antre menunggu kue yang dijual kedua bocah itu.
Erlaga mengatakan dia berjualan bersama adiknya baru sekitar satu bulan ini. Karena sekolah secara daring dan kini memasuki masa libur akhirnya mereka memilih membantu kedua orang tua. Dia pun mengaku senang bisa membantu kedua orang tuanya.
"Kalau saya kelas 5 SD. Kalau berjualan ini barusan sebulan lebih. Kan membantu orang tua. Bapak ibu sama saja baru (berjualan). (Bapak ibu) Bantu juga ikut goreng-goreng. Dibantu (saat jualan dibantu) sama adik. Adikku ada empat. Satu masih kecil," kata Erlaga kepada wartawan ditemui di sela - sela berjualan di Jalan Mayor Kusumanto, Pedawang, Kudus, pagi ini.
Setiap harinya, Erlaga mengaku berjualan mulai pukul 05.30 WIB sampai dengan 09.00 WIB. Dalam sehari dia berjualan bisa mendapatkan uang Rp 300 ribu.
"Berjualan berdua, buka setengah 6 tutupnya jam 9. Per hari sekitar 300 ribu. Kadang libur," ujar dia.
Dikasih (uang saku) orang tua. Kalau saya sama adik dikasih uang satu Rp 6 ribu setiap hari," sambung Erlaga.
Meski setiap hari berjualan dia mengaku tidak mengganggu saat sekolah. Apalagi sejak April lalu dia sekolah secara daring di rumah. Sehingga habis berjualan baru belajar di rumah. Erlaga mengaku setelah sekolah nanti sudah masuk akan fokus sekolah lagi.
"Tidak mengganggu sekolah, kan habis berjualan bisa belajar. Karena sekolah di rumah sejak April lalu. Nanti kalau sekolah sudah masuk fokus sekolah, tidak jualan lagi," kata Erlaga.
Senada dikatakan Ismail (8). Bocah kelas tiga SD itu pun mengaku senang bisa membantu kedua orang tuanya.
"Senang bisa bantu orang tua, bisa dapat uang jajan juga," kata Mail.
Selanjutnya, kata ayah kedua bocah penjual bolang-baling....
Ayah kedua bocah itu, Dwi Hardi Azam (36), mengatakan anak-anaknya berjualan kue bolang-baling baru sebulan belakangan. Sebelumnya mereka sempat berjualan es dawet tapi omzetnya terus menurun setelah musim hujan.
"Sebulan yang lalu (berjualan kue bolang-baling dan cakwe) sejak awal musim hujan. Biasanya kan kita berjualan dawet di Jalan Diponegoro Kudus. Cuma pas musim hujan omzetnya turun akhirnya kita kan pikir-pikir berjualan apa, inilah pengganti penghasilan itu. Akhirnya kita terus SMS teman di Solo bikin resep odading (bolang-baling dan cakwe) ini," Azam kepada wartawan saat ditemui di rumah kontrak di Desa Pedawang, Kecamatan Bae, Kudus pagi tadi.
Azam mengungkap alasan mengajak kedua anaknya membantu berjualan bolang-baling. Pertama, supaya memberikan pelajaran lebih mandiri untuk kedua bocah itu.
"Jualan ini pertama ngajari supaya bisa jualan, bisa mandiri lah. Kedua kan seneng bantu orang tua juga. Akhirnya bantu-bantu juga. Ini biasanya kalau habis goreng saya ke sana (ke gerobak) melayani pembeli," ungkap Azam
Memang begini keadaan orang tua, sehingga anaknya pengin bantu. Kalau kita (saya dan istri) goreng di lokasi jualan kan ada debu. Akhirnya digoreng di rumah. Lalu karena tidak ada tenaga kerja dan alhamdulillah anak-anak senang membantu," ungkapnya.
Dalam sehari dia mengaku bisa menghabiskan 8 kg tepung untuk membuat kue bolang-baling. Harga satu kue dipatok harga Rp 1.000.
"Kalau sehari itu bisa 8 kg bahan baku habis. Mulai buka dari setengah enam tutup jam 9," tutup Azam.
Salah seorang pembeli, Yayuk (32) menilai apa dilakukan kedua bocah kakak adik tersebut bisa melatih kemandirian mereka. Yang terpenting kata dia, pendidikan kedua bocah itu tak boleh ditinggalkan.
"Ya bagus, sudah sejak kecil sudah dilatih mandiri, yang penting pendidikan jangan ditinggalkan," kata pembeli yang sudah langganan setiap pagi datang membeli kue bolang-baling.
Sumber: detik.com
Belum ada Komentar untuk "Kisah bocah kakak beradik siswa SD jualan bolang- baling di kudus"
Posting Komentar