Kedelai mahal warga Blitar bikin alternatif tempe lamtoro
BLITAR JATIM- Di tengah riuhnya aksi mogok produsen tempe imbas harga kedelai mahal. Warga Blitar membuat alternatif dengan memproduksi tempe lamtoro.
Dari resep turun temurun, Nurlia meneruskan kegiatan itu sampai sekarang. Warga Desa Kedungbunder Kecamatan Sutojayan ini, termasuk berprofesi langka. Karena menjadi produsen tempe berbahan lamtoro yang sudah mulai punah terkikis zaman.
Mulai punahnya produsen tempe biji lamtoro ini, karena proses pembuatan tanaman yang berasal dari Meksiko dan Amerika Tengah sangat panjang. Pantaun wartawan dari rumah wanita berusia 67 tahun itu, butuh waktu sepekan untuk memproses biji lamtoro sampai menjadi tempe matang.
Pertama, biji lamtoro kering direndam air sehari semalam. Setelah itu dicampur abu kayu bakar, digodok di atas api besar selama dua hari dua malam. Baru diiles, istilah Jawa untuk membuat biji lamtoro terbelah. Jadi biji lamtoro yang telah matang dimasukkan ke dalam karung, lalu dipukuli memakai batangan kayu.
Konon, para produsen tempe memakai istilah diiles, karena mereka menggunakan kaki untuk menginjak-injak bahan tempe. Baik itu kedelai, lamtoro, benguk dan lain-lain. Namun karena tidak higienis, mereka kemudian memakai cara memukulinya dengan sebatang kayu. Yang bermodal besar, bahkan mampu membeli mesin untuk memecah bijian bahan tempe ini.
Balik ke proses pembuatan tempe lamtoro, usai diiles, lamtoro direndam lagi sehari semalam. Dan keesokan paginya dikukus sehari semalam sampai benar-benar matang. Selama menunggu lamtoro matang, Nurlia menyiapkan bahan campuran. Yakni ampas kelapa dan jagung yang ditumbuk agak kasar. Kedua bahan ini juga dikukus selama dua jam.
Setelah kedua bahan matang, didinginkan sampai benar-benar dingin. Kemudian ditaburi rabuk, istilah ragi dan beberapa bahan fermentasi yang Nurlia sendiri tidak paham. Bahan rabuk itu, katanya bisa dibeli kiloan di sebuah toko langganannya. Proses selanjutnya, mencampur biji lamtoro dengan campuran ampas kelapa dan jagung tadi.
"Yo nunggu sautoro ben rabuke ngresep, lagi iso dibungkusi. Suwe gawenan tempe lamtoro niku dik, makane bocah saiki ra ono sing gelem gawe (ya nunggu sampai raginya meresap baru bisa dibungkusi. Lama bikinnya, makanya anak sekarang tidak ada yang mau membuatnya)," tutur Nurlia sambil menyeka keringatnya, Sabtu (9/1/2021).
Tempe lamtoro bisa masak dengan sempurna dalam jangka waktu dua hari dua malam. Kesempurnaan tempe lamtoro yang matang, bisa tampak dari menyatunya biji-biji lamtoro itu dengan berselimut jamur hasil fermentasi yang sempurna.
Nurlia mengaku, secara modal, membuat tempe lamtoro memang jauh lebih murah dibandingkan tempe kedelai. Dia biasanya dikirimi pedagang lamtoro berkarung-karung dengan harga sekarung berisi 25 kg biji lamtoro seharga Rp 30 ribu.
sumber: detik.com
Belum ada Komentar untuk "Kedelai mahal warga Blitar bikin alternatif tempe lamtoro"
Posting Komentar